Protes Lockdown di Amerika Serikat Berlanjut, Demonstran: Virus Corona Itu Hoax

- Kamis, 23 April 2020 | 22:28 WIB
Demonstran berkumpul menentang perintah tinggal di rumah dan penutupan bisnis guna mengatasi COVID-19 di Richmond, Virginia, AS, 16 April 2020. (REUTERS/Kevin Lamarque)
Demonstran berkumpul menentang perintah tinggal di rumah dan penutupan bisnis guna mengatasi COVID-19 di Richmond, Virginia, AS, 16 April 2020. (REUTERS/Kevin Lamarque)

Angka kematian akibat virus corona di Amerika Serikat tertinggi di dunia, 47.684 jiwa. Kasus Covid-19 yaitu 849.094. Pemerintah negara bagian pun memberlakukan kebijakan lockdown untuk menekan angka kasus di wilayahnya.

Namun kebijakan itu dianggap merugikan sebagian orang, apalagi bagi pekerja harian. Selain itu, lockdown juga dianggap merenggut hak warga. Akhirnya, protes pun dilakukan oleh masyarakat.

Beberapa dari mereka meminta lockdown dicabut. Demonstran juga menyebut kebijakan lockdown tak masuk akal, bahkan mengatakan virus corona adalah hoax.

"Lockdown itu membuat kita terbelenggu. Jangan-jangan virus corona juga hoax," sebut seorang demostran, Indozone lansir dari BBC, Kamis (23/4/2020).

Mereka menyebutkan alasannya, peerintah ingin warga tetap berada di rumah. Kemudian, menonton televisi saja.

"Mungkin pemerintah menginginkan kita berada di rumah, percaya bahwa ini sungguhan," tambahnya.

-
Pendemo yang tergabung dalam Koalisi Konservatif Michigan berunjuk rasa menentang perpanjangan waktu tinggal di rumah guna mengatasi COVID-19 di gedung Capitol di Lansing, Michigan, AS, 15 April 2020. (REUTERS/Seth Herald)

Beraksi di Social Media

Tak hanya melakukan aksi di gedung pemerintahan setempat, demonstran juga melakukannya di social media. Facebook, contohnya.

Seperti diwartakan Mirror.co.uk, tuntutan suara demonstran pun sama saat mereka beraksi secara langsung di gedung pemerintahan setempat.

"Jarak sosial adalah cara baru untuk mengendalikan kamu, keluarga dan perilaku. pandemi adalah tipuan yang berlebihan," tulis seorang warganet.

-
Ilustrasi pengguna mengakses Facebook.(freepik)

Hasilnya, halaman Facebook menjadi wadah memobilisasi protes di negara bagian. Selain itu, berhasil mengumpulkan peserta hampir 1 juta pengikut.

"Kami merekrut beberapa teman tepercaya, melemparkannya ke Facebook Minggu malam," kata aktivis konservatif Michele Even, yang mengawasi dua kelompok Facebook di Wisconsin dan Minnesota dengan jumlah pengikut 100.000 orang. 

Facbook langsung mengambil langkah untuk meredam kondisi ini, memblokir postingan tersebut.

"Menentang pedoman pemerintah tentang jarak sosial tidak diperbolehkan di Facebook," tulis keterangan di Facebook.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X