Hari Kartini, Perjuangan Perawat Pasien Corona Titip Buah Hati Demi Jalankan Tugas

- Selasa, 21 April 2020 | 12:54 WIB
Perawat Covid-19, Cici Sri Oktaviani (ANTARA/Sarjono)
Perawat Covid-19, Cici Sri Oktaviani (ANTARA/Sarjono)

21 April selalu diperingati sebagai Hari Kartini. Kisah Kartini masa kini menghadapi pandemi corona (Covid-19) datang dari seorang perawat bernama Cici Sri Oktaviani yang bertugas di RSUD Bahteramas Kendari, Sulawesi Tenggara.

Cici memiliki semangat RA Kartini yang selalu berjuang maski perjuangannya berbeda. Di tengah pandemik corona, perempuan berusia 39 tahun itu harus menitipkan dua orang buah hatinya demi menjalankan tugas merawat pasien Covid-19.

"Sudah dua pekan berpisah dengan suami dan kedua anak saya yang masih balita demi tugas. Berat berpisah berhari-hari dengan keluarga tetapi mau apa lagi," kata Cici seperti dikutip Antara, Selasa (21/4/2020).

Cici bersama 30 orang rekannya difasilitasi tempat menginap di ruang VIP RSUD Bahteramas selama menjalankan tugas perawatan pasien terpapar virus Corona.

Para perawat tidak boleh pulang untuk sementara waktu ke rumah meski usai menjalankan tugas secara bergantian dengan perawat lainnya, karena khawatir membawa virus ke rumah yang berisiko bagi keluarga, anak dan suami.

-
Cici Sri Oktaviani bersama rekan-rekannya diruang isolasi perawatan pasien Covid-19 RSUD Bahteramas Kendari, Sultra. (ANTARA/Sarjono)

Selain itu, para perawat yang bekerja di bawah tekanan membutuhkan waktu istirahat yang cukup, gizi seimbang dan pemulihan psikis.

Para dokter dan perawat yang ditugaskan menangani pasien virus corona yang mematikan itu pantas menyandang sebutan pahlawan seperti Raden Ajeng (RA) Kartini yang memperjuangkan kesetaraan kaum wanita menuntut ilmu pendidikan dan kesempatan bekerja.

Hari ini 21 April 2020 diperingati sebagai Hari Kartini yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena sedang menghadapi wabah Covid-19.

Kaum dokter dan perawat menitip anak pada tetangga, menitip anak pada neneknya serta suami mengurus makan sendiri, mencuci pakaian sendiri lalu mengurus orang lain atau pasien di ruang isolasi perawatan rumah sakit.

"Sebenarnya, berat rasanya berpisah dengan si bungsu saya usia 1,4 bulan berminggu-minggu tetapi apa boleh buat tugas seorang perawat," tutur Cici dengan nada terbata-bata.

Cici merupakan alumni Akademi Perawat Unaaha, Kabupaten Konawe tahun 2002. Dia harus menitipkan dua orang anaknya Sultan Muhammad Alfat (3) dan Embun Adrina Betari kepada neneknya di kampung, tepatnya di Unaaha sekitar 100 kilometer dari Kota Kendari.

Sedangkan sang suami Eddy Wicaksono Martha mandiri mengurus makan, mencuci pakaian dan membersihkan rumah sejak istri bertugas di ruang isolasi Covid-19.

"Saya melepas rindu dengan anak-anak melalui telepon video call. Tetapi kemarin anak saya yang bungsu sudah menolak berbicara. Dia sudah tidak kenal saya mungkin," ujar Cici sembari terisak menangis.

"Ya, mau apa lagi. Istri menjalankan tugas sebagai perawat. Sumpah perawat untuk menyelamatkan jiwa manusia dipegang teguh," kata Eddy Wicaksono Martha, suami Cici.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X