Terjadi kerusuhan berdarah di Delhi Timur, India pada 27 Februari 2020. Umat Hindu dan Muslim di Delhi saling serang. Kerusuhan tersebut bahkan telah memakan 38 korban sejak Kamis malam.
Kerusuhan ini diduga bermula dari ujaran kebencian yang dilontarkan oleh politisi dari Partai Nasionalis India, Kapil Mishra. Politisi itu juga merupakan pendukung Perdana Menteri Narendra Modi.
Kapil juga merupakan politisi yang sering blak-blakan menyampaikan pandangannya.
Sejak Desember 2019 lalu, banyak massa memprotes UU Kewarganegaraan Baru India yang dinilai diskriminatif terhadap umat Muslim. UU ini diloloskan oleh parlemen India.
Terkait unjuk rasa yang diikuti oleh mayoritas wanita tersebut, Kapil pun hadir dalam sebuah kampanye. Dia menyampaikan pidato kemarahannya di depan massa.
Dia juga mengeluarkan ultimatum kepada polisi untuk membubarkan pengunjuk rasa, atau dia dan pendukungnya yang melakukannya.
"Mereka mau memotong 3,5 juta orang dengan memblokade jalan. Apakah ini cara untuk melawan apapun lewat unjuk rasa?. Kami (Anggota Partai Bharatiya Janata) tidak akan membiarkan kawasan ini berubah menjadi Shaheen Bagh," ujar Kapil dalam pidatonya.
Setelah ucapan tersebut, kerusuhan pun pecah. Kelompok Hindu dan Muslim saling serang. Toko-toko terbakar, umat Hindu dan Muslim saling melempar batu, masjid dibakar dan banyak orang tak bersalah dikeroyok.
Meski terjadi kerusuhan, Kapil terus melontarkan kata-kata ujaran kebencian seolah membenarkan kekerasan yang terjadi tersebut.
Kapil dinilai sebagai akar dari kerusuhan tersebut. Banyak yang meminta agar Kapil ditangkap.
