Minyak Dunia Menyentuh Level Tertinggi Tiga Bulan, Ini Penyebabnya

- Rabu, 3 Juni 2020 | 08:48 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia yang timbulkan optimisme produsen. (Freepik/jcomp).
Ilustrasi harga minyak dunia yang timbulkan optimisme produsen. (Freepik/jcomp).

Harga minyak dunia naik pada hari Rabu, mendekati level tertinggi tiga bulan terakhir di tengah optimisme bahwa produsen utama akan memperpanjang pengurangan produksi karena dunia pulih dari pandemi coronavirus.

Dikutip dari Reuters, minyak mentah Brent naik 22 sen, atau 0,6%, ke US$ 39,79, pada pukul 00.03 GMT (Waktu setempat), tertinggi sejak 6 Maret, setelah naik 3,3% pada hari Selasa (2/6/2020). 

Minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik 33 sen, atau 0,9%, menjadi US$ 37,14, juga tertinggi sejak 6 Maret. Kontrak mengakhiri sesi sebelumnya naik 3,9%.

Kedua tolak ukur telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir dari posisi terendah April, didukung oleh pemulihan yang berkelanjutan di Tiongkok, pusat penyebaran virus, sementara ekonomi lain perlahan-lahan mulai membuka kuncian (Lockdown) untuk menahan penyebaran virus. 

-
Ilustrasi pengeboran minyak bumi. (Pexels/Zukiman Mohamad)

 

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan lainnya termasuk Rusia dapat memperpanjang pengurangan produksi 9,7 juta barel per hari (bph), atau sekitar 10% dari output global, pada Juli atau Agustus, ujar sumber kepada Reuters.

Pertemuan produsen minyak yang dikenal sebagai OPEC + diharapkan akan diadakan online pada hari Kamis (4/6/2020). Pemangkasan saat ini dijadwalkan akan berlangsung hingga Mei dan Juni, turun kembali ke pengurangan 7,7 juta barel per hari dari Juli hingga Desember. Arab Saudi sendiri telah mendorong untuk memperpanjang masa pemotongan produksi minyak, untuk mendongkrak harga. 

"Ketika langkah-langkah penguncian terkait virus terus dicabut, kami berharap permintaan akan berangsur pulih," kata Capital Economics dalam sebuah catatan. 

Mereka juga memperkirakan bahwa konsumsi minyak global akan turun di bawah 92 juta barel per hari di 2020.

"Ini lebih rendah dibandingkan dengan 100,2 juta barel per hari pada tahun 2019, sebelum pandemi melanda Eropa dan Amerika Serikat," tuturnya. 

"Minyak kemungkinan berakhir dalam defisit kecil akhir tahun ini, yang seharusnya memberikan beberapa dukungan tambahan untuk harga," tambahnya. 
 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X