Pakar ekonomi Emil Salim mengungkit beberapa prestasi yang ditoreh Indonesia semasa di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.
Emil tak menampik terdapat kekurangan dalam kepemimpinan Soeharto. Namun, kata dia, di era Soeharto Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang membentuk menteri lingkungan hidup.
Kemudian, lanjut dia, Indonesia menjadi pelopor kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Tak hanya itu, Indonesia juga menjadi peserta Konvensi Perubahan Iklim dan biodiversity pada 1992.
Hal ini diungkap Salim melalui akun Twitter @emilsalim2010, Sabtu (20/3/2021).
"Presiden Soeharto bisa ada kekurangannya. Namun di masa pimpinan beliau: (1) RI = negara pertama di dunia yg miliki Menteri Lingkungan Hidup 1978; (2) RI aktif dlm Komisi Dunia pelopori 'Pembangunan Berkelanjutan'; (3) RI ikut cipta Konvensi Perobahan Iklim & Biodiversity (1992)," cuitnya.
Presiden Soeharto bisa ada kekurangannya. Namun di masa pimpinan beliau: (1) RI = negara pertama di dunia yg miliki Menteri Lingkungan Hidup 1978; (2) RI aktif dlm Komisi Dunia pelopori “Pembangunan Berkelanjutan”; (3) RI ikut cipta Konvensi Perobahan Iklim & Biodiversity (1992).
— Emil Salim (@emilsalim2010) March 20, 2021
Baru-baru ini, Emil Salim kembali berkicau soal prestasi presiden di Indonesia.
"Jika kita angkat prestasi seorang Presiden masa lalu, tidaklah dimaksud merendahkan karya Presiden-Presiden lain, termasuk yg sedang berfungsi. Tetapi sekedar membangkitkan kebanggaan bahwa bangsa Indonesia punya potensi berprestasi tinggi dibawah pimpinan seorang Presiden," tulisnya, Minggu (21/3/2021).
Jika kita angkat prestasi seorang Presiden masa lalu, tidaklah dimaksud merendahkan karya Presiden-Presiden lain, termasuk yg sedang berfungsi. Tetapi sekedar membangkitkan kebanggaan bahwa bangsa Indonesia punya potensi berprestasi tinggi dibawah pimpinan seorang Presiden.
— Emil Salim (@emilsalim2010) March 21, 2021
Sebelumnya, Emil menyoroti persoalan lingkungan di Indonesia.
"'Biaya' dlm abad ke-21 tak hanya memuat 'ongkos ekonomi' menutup biaya produksi, tapi juga 'ongkos lingkungan' berupa biaya pencemaran & kerusakan alam yg ditimbulkannya, sehingga lahir 'ongkos sosial' berupa udara cemar & air kotor merusak kesehatan manusia & masyarakat," tulis Emil pada Sabtu (20/3/2021).
“Biaya” dlm abad ke-21 tak hanya memuat “ongkos ekonomi” menutup biaya produksi, tapi juga “ongkos lingkungan” berupa biaya pencemaran & kerusakan alam yg ditimbulkannya, sehingga lahir “ongkos sosial” berupa udara cemar & air kotor merusak kesehatan manusia & masyarakat.
— Emil Salim (@emilsalim2010) March 19, 2021
Artikel Menarik Lainnya: