Peneliti: Virus Corona yang Saat Ini Beredar Sudah Bermutasi

- Jumat, 8 Mei 2020 | 18:48 WIB
Ilustrasi virus corona.(freepik)
Ilustrasi virus corona.(freepik)

Laju penelitian virus corona masih sulit dikendalikan. Saat ini, tercatat 3.935.622 kasus di seluruh dunia, dengan 271.170 meninggal dunia. 

Peneliti yang penasaran melakukan sebuah studi baru, membandingkan Covid-19 saat ini dengan virus awal yang menyebar di Wuhan Tiongkok pada akhir 2019. Penelitian dilakukan terhadap sampel analisis genetik di lebih dari dari 7.500 orang yang terinfeksi virus corona.

Hasilnya, ternyata mengejutkan. Virus corona yang saat ini menyebar ternyata telah bermutasi.

Studi oleh para ilmuwan di University College London (UCL) menemukan hampir 200 mutasi genetik dari SARS-CoV-2 (nama ilmiah virus corona). Namun masih perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai sifat viruscorona baru.

Francois Balloux, profesor UCL yang dalam penelitian, mengatakan, "hasil menunjukkan bahwa proporsi besar dari keragaman genetik global SARS-CoV-2 ditemukan di semua negara yang paling sulit terkena", diwartakan USA Today, baru-baru ini.

Hal itu menunjukkan bahwa virus sudah ditransmisikan secara ekstensif di seluruh dunia dari awal epidemi.

"Semua virus secara alami bermutasi. Mutasi dalam diri mereka bukanlah hal yang buruk. Sejauh ini, kita belum bisa mengatakan apakah SARS-CoV-2 jadi lebih mematikan dan menular dibandingkan sebelumnya."

Temuan Tim UCL, menemukan bahwa virus muncul di akhir 2019. Sayangnya, studi ini tidak dapat mengkonfirmasi titik awal yang tepat atau lokasi.

-
Ilustrasi penelitian virus corona.(freepik)

Tantangan bagi Peneliti

Saat ini, peneiliti di seluruh dunia dihadapkan dengan tantangan besar. Mereka harus bisa memecahkan titik terang mengenai virus corona untuk menekan lajunya.

Francois Balloux berpendapat jika virus telah bermutasi maka vaksin atau obat jadi semakin sulit.

"Sebuah tantangan besar untuk mengalahkan virus ini. Apalagi, jika vaksin atau obat tidak lagi efektif jika virus telah bermutasi," kata Balloux.

Dia menjelaskan, peneliti membuat obat atau vaksin jangka panjang yang bisa digunakan untuk masalah yang sama di kemudian hari.

"Lebih baik untuk mengembangkan obat-obatan yang akan efektif dalam jangka panjang," pungkasnya.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X