Bukti Cinta Rumini pada Ibunya, Tewas Berpelukan saat Erupsi Semeru, Tak Tega Lari Sendiri

- Senin, 6 Desember 2021 | 17:59 WIB
Seorang pengungsi membawa makanan yang dibagikan relawan di tempat pengungsian letusan Gunung Semeru di SDN Supiturang 4, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Senin (6/12/2021). (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto)
Seorang pengungsi membawa makanan yang dibagikan relawan di tempat pengungsian letusan Gunung Semeru di SDN Supiturang 4, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Senin (6/12/2021). (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto)

Meletusnya Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang yang tanpa tanda-tanda atau peringatan pada Sabtu (4/12/2021) meninggalkan banyak kisah memilukan.

Hingga hari Senin (6/12/2021), 15 orang dilaporkan meninggal dunia, 27 orang hilang dan belum ditemukan, 69 orang luka-luka, dan ribuan orang terpaksa mengungsi.

Dua dari korban meninggal dunia diketahui adalah seorang ibu dan anaknya, yakni Salamah (70 tahun) dan Rumini (28 tahun). 

Meninggal Berpelukan

-
Dua korban menanti informasi terkait keluarganya yang hilang saat erupsi Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Senin (6/12/2021). (Foto: ANTAR/Zabur Karuru)

Yang bikin menyayat hati, ibu dan anak itu ditemukan meninggal dalam keadaan berpelukan di rumah mereka di Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Saat ditemukan, rumah mereka telah roboh akibat jilatan awan panas.

Menurut warga setempat, saat awan panas menyapu desa mereka, Salamah diduga tidak kuat untuk berlari. Sementara Rumini, tidak tega meninggalkan ibunya sendirian.

Sebagai bukti cintanya pada ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya, Rumini memilih untuk mati bersama ibunya ketimbang menyelamatkan diri seorang diri--tindakan yang sejatinya bisa saja ia lakukan jika ia menuruti egonya.

Di rumah itu, selain Rumini dan Salamah, juga ada suami Salamah (ayah Rumini) dan anaknya Salamah yang lain (adik Rumini). Berbeda nasib dari Salamah dan Rumini, suami Salamah dan adik Rumini selamat dengan kondisi luka-luka.

2.970 Rumah Terdampak

-
Seorang warga mengangkut barang yang bisa diselamatkan dari rumahnya yang hancur akibat erupsi gunung Semeru di desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto)

Selain keluarga Salamah dan Rumini, air mata juga menetes dari ratusan bahkan ribuan warga lain di sekitaran Gunung Semeru, terutama di wilayah Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo dan di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.

Mereka yang hidup dan selamat dari maut, tidak berarti lebih beruntung dari mereka yang tewas. Mereka kehilangan barang-barang berharga mereka dan mereka terpaksa hidup di pengungsian.

Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, sejauh ini 2.970 rumah terdampak awan panas Gunung Semeru. 

"Selain itu, 13 fasilitas umum berupa jembatan, sarana pendidikan, dan tempat ibadah juga mengalami kerusakan," kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Lumajang, Wawan Hadi Siswoyo di Lumajang.

Mengungsi di Masjid dan Bangunan Sekolah

-
Warga yang terdampak abu vulkanik dari guguran lahar panas Gunung Semeru menunggu dievakuasi di Desa Kamar Kajang, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). (Foto: ANTARA/Umarul Faruq)

Dikutip dari Antara, di Kecamatan Pronojiwo, tercatat jumlah pengungsi sebanyak 305 orang. Mereka mengungsi di masjid, bangunan sekolah, kantor desa, dan tempat-tempat yang dianggap aman.

Mereka tersebar di SDN Supiturang 04, Masjid Baitul Jadid, SDN Oro Oro Ombo 3, SDN Oro Oro Ombo 2, Masjid Pemukiman Dusun Kampung Renteng, Balai Desa Oro Oro Ombo, Balai Desa Sumberurip, dan SDN Sumberurip.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X