Anies: Tidak Segalanya Harus Lockdown, Ini Stage-nya

- Sabtu, 28 Maret 2020 | 20:28 WIB
Kiri: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (INDOZONE/Murti Ali Lingga), kanan: Deddy Corbuzier (Instagram/@mastercorbuzier)
Kiri: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (INDOZONE/Murti Ali Lingga), kanan: Deddy Corbuzier (Instagram/@mastercorbuzier)

Kian meluasnya wabah virus corona atau Covid-19 di Indonesia, mulai menimbulkan suara-suara agar Pemerintah melakukan lockdown. Tujuannya, untuk membatasi sekaligus mencegah penyebaran virus corona.

Bahkan, ada sejumlah daerah yang sudah mengumumkan lockdown dengan berbagai penafsiran masing-masing. Namun, bagi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, lockdown justru tahapan terakhir dari upaya pembatasan.

Ini dikatakan Anies dalam tayangan Youtube Channel milik Deddy Corbuzier bertajuk 'KENAPA CUMA LOE YG BERANI NGOMONG?! JAKARTA SUDAH GAWAT DARURAT', yang tayang Sabtu (28/3/2020).

"Yang harus kita kerjakan, berkaca dari pengalaman seluruh dunia, pertama, mengurangi mobilitas. Pilihannya, negara memaksa untuk mengurangi mobilitas atau kesadaran masyarakat mengurangi mobilitas," jelas Anies.

-
Pembatasan di Kota Tegal, Jawa Tengah. (27/3/2020). (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Mengurangi mobilitas dikerjakan banyak negara, mengurangi interaksi, agar virus corona tidak berpindah, tidak tumbuh. Dikatakan Anies, mengurangi mobilitas ada stage-nya, ada fasenya. 

"Ada limiting crowd, limiting mobility (ini yang dilakukan Jakarta sekarang). Ada near zero mobility, perjalanan antar kota dibatasi, kegiatan antar negara dikurangi, toko yang buka hanya kebutuhan primer," papar Anies.

"Ada satu lagi, zero mobility, ini yang lockdown. Zero mobility. Ini rute membatasi mobilitas, jadi enggak segalanya harus lockdown, tidak, ada stage-nya," imbuh Anies.

-
Ilustrasi rapid test. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Kedua, lanjut Anies, melakukan massive testing. Menurutnya, testing yang paling akurat adalah yang menggunakan swab test dan dicek kandungan virusnya di pusatnya.  

"Bukan rapid test kan?" timpal Deddy.

"Bukan. Rapid test itu potensi negative false-nya tinggi. Yang dites adalah, apakah sudah ada imun atau anti bodi," jawab Anies.

Ia menambahkan, kalau dia ditest negatif (dengan rapid test), itu ada potensi melesat hasil tesnya 30-an persen. Kalau disebut positif, maka 70 persen benar. Yang paling akurat adalah swab test.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X