Minyak Dunia Anjlok, Badan Usaha Harus Turunkan Harga BBM Non Subsidi

- Rabu, 18 Maret 2020 | 09:43 WIB
Ilustrasi kilang minyak atau harga minyak dunia. (PIXABAY/GDJ)
Ilustrasi kilang minyak atau harga minyak dunia. (PIXABAY/GDJ)

Harga minyak dunia semakin terperosok. Mengutip data perdagangan BBC, Selasa (17/3/2020), harga minyak Brent (Brent Crude Oil) masih berada di posisi USD 30,72 per barrel dan minyak WTI (West Texas Intermediate Crude Oil) masih dipatok di angka USD 29,92 per barrel.

Anjloknya minyak dunia disebabkan karena perang dingin antara Arab dan Rusia, dimana Arab mencoba mengambil kembali pasar dengan mengguyur pasokan minyak mentah gila-gilaan. Ditambah wabah pandemi virus corona (Covid-19) yang semakin menjadi-jadi, tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengendalikan gejolak harga ini.
 
Melihat situasi itu, Pengamat Energi Mamit Setiawan berpendapat bahwa sudah selayaknya Badan Usaha (BU) melakukan peninjauan terhadap harga jual BBM, khususnya non subsidi. Hal itu disebut bisa membantu meningkatkan kemampuan beli masyarakat, ditengah isu penyebaran virus virus corona (Covid-19). 
"Saya kira perlu, karena memang harga minyak sedang mengalami penurunan. Jadi harusnya untuk BBM Non subsidi BU usaha harus menurunkan harganya. Mereka harus mengacu kepada formula baru yang kemarin di sahkan," ujar Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan saat dihubungi Indozone, Rabu (18/3/2020). 
Menurut Mamit, penyesuaian harga BBM non subsidi memang seharusnya dilakukan sesegera mungkin, namun jika situasi dianggap tidak memungkinkan, paling tidak revisi harga bisa dilakukan maksimal awal April 2020. 
"Memang tidak bisa bulan ini saya kira, tapi April, BU harus melakukan penyesuaian terhadap harga BBM jika harga minyak terus mengalami penurunan seperti saat ini," tuturnya. 
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, harga minyak dunia yang tidak pasti tidak bisa dijadikan patokan untuk menentukan harga BBM.
"Penurunan BBM? Terlalu awal lah untuk kita memprediksi, kita belum tahu. Nanti kalau Arab dan Rusia damai, harga minyak naik lagi," kata Luhut saat melakukan telekonferens di kantornya kemarin, Senin (16/3/2020)

 

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X