Selamat Hari Deepavali 2020, Ini Sejarah dan Tradisinya, Tak Hanya Dirayakan Umat Hindu

- Sabtu, 14 November 2020 | 11:16 WIB
Pengungsi di Pakistan menyalakan lilin pada malam perayaan Hari Deepavali 2020. (Reuters/Anushree Fadnavis)
Pengungsi di Pakistan menyalakan lilin pada malam perayaan Hari Deepavali 2020. (Reuters/Anushree Fadnavis)

Hari Deepavali tahun 2020 jatuh pada hari ini, Sabtu (14/11/2020). Umat Hindu di seluruh dunia, termasuk Indonesia, pada umumnya merayakan hari ini dengan menyalakan lilin, sebagai perlambang perayaan kemenangan kebaikan atas keburukan.

Hari Deepavali juga dapat disebut dengan istilah Diwali, Deepawali atau D?p?vali. Dalam Hindu, Deepavali sendiri berarti Festival Cahaya. Kata dalam bahasa Sanskerta Deepavali yang berarti barisan cahaya yang menandakan kemenangan terang atas kegelapan.

Di Pakistan, seperti dikutip Indozone dari Reuters, para pengungsi menyalakan lilin saat mereka merayakan malam Deepavali. Hidup di pengungsian tak mengurangi semangat mereka untuk merayakannya.

Namun, perlu diketahui, Deepavali tak cuma dirayakan oleh umat Hindu (penganut Hinduisme). Umat Jain (penganut Jainisme) serta umat Sikh (penganut Sikhisme) juga turut merayakan Diwali setiap tahun.

Seperti dalam Idulfitri umat Islam atau Natal umat Kristen, pada hari Deepavali, umat Hindu, Sikh, dan Jain juga akan mengenakan pakaian bagus, berbagi permen dan menyalakan kembang api.

Deepavali adalah bentuk perayaan atas kembalinya Rama, Sang Raja Ayodhya, istrinya, Sita, dan adiknya Laksamana ke Ayodhya dari sebuah perang di mana Rama membunuh Rahwana (Ravana). Dipercaya juga bahwa penyalaan lampu melambangkan jalan cahaya yang membimbing mereka di dalam kegelapan.

Deepavali dirayakan selama enam hari berturut-turut berdasarkan kalender Hindu, yakni pada bulan Ashwayuja, yang dalam kalender Masehi biasanya jatuh pada bulan Oktober atau November.

Hari pertama Diwali adalah 'Vasu Daras', yang diperuntukkan bagi hewan sapi yang dipandang suci oleh umat Hindu. Pada hari pertama ini, Raja Pithu dipercaya membebaskan rakyatnya dari bencana kelaparan dengan menangkap "bumi". Dalam mitologi agama Hindu, sapi merupakan simbol dari bumi, yang susunya membawa kehidupan dan kesuburan tanah. 

Hari kedua disebut 'Dhan Teras', di mana Dewa Dhanvantari diyakini kembali dari samudera. Hari kedua ini dianggap sebagai hari paling baik bagi umat Hindu untuk membeli barang berharga seperti emas dan perak karena dipercaya akan membawa keberuntungan.

Hari ketiga disebut 'Naraka Chaturdashi'. Ini merupakan peringatan akan Dewa Krisna yang membunuh raksasa Narakasura yang melambangkan kemenangan kebaikan terhadap kejahatan. Peristiwa ini merupakan puncak dari Deepawali yang diisi dengan pembuatan Rangoli (bentuk kesenian tradisional India berupa dekorasi dari beras dan tepung yang diwarnai dengan rempah). Selain itu, di hari keempat ini, umat Hindu akan melakukan upacara pemujaan Dewa Krisna dan anak-anak bermain kembang api.

Hari keempat disebut 'Laksmi Puja', biasanya diisi dengan pemujaan terhadap Dewi Laksmi (pembawa kesejahteraan) dan Dewa Ganesha (pembawa keberuntungan). Di India utara, hari keempat ini menjadi puncak dari Festival Deepavali. 

Hari kelima atau Bali Pratipada adalah peringatan kemenangan Dewa Krisna yang menyelamatkan rakyat dan sapi dari bencana banjir dengan cara mengangkat Bukit Govadhana. 

Kemudian pada Hari keenam atau Yama Dwitiya, umat Hindu akan mengenang kunjungan Yama (dewa kematian) ke adiknya Yami yang diisi dengan makan bersama dan Yama memberikan hadiah kepada adiknya. Oleh karena itu, pada hari keenam ini, umat Hindu memiliki tradisi mengunjungi saudara perempuan dan memberikan hadiah.

Artikel Menarik Lainnya:

 

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X