Yuk, Kini Saatnya 'Berpuasa' Sampah Saat Mudik

- Jumat, 31 Mei 2019 | 15:54 WIB
ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Tren mudik biasanya identik dengan kemacetan dan bertambahnya jumlah sampah hingga tiga kali lipat dari hari biasa. Biasanya, para pemudik sering membuang sampah di jalur mudik tepatnya di tempat peristirahatan.

Padahal, ada cara untuk mengurangi sampah plastik yang bisa diterapkan oleh para pemudik. Caranya bisa dimulai dengan membawa kotak makan dan botol minuman isi ulang dalam perjalanan mudik. Memang, bagi sebagian orang cara tersebut barangkali kurang praktis karena ada bobot tambahan yang harus dibawa di sepanjang perjalanan mudik.

Menurut pakar Lingkungan Hidup Universitas Indonesia Saraswati Putri, pola pikir dan kebiasaan jadi penyebab masalah sampah menumpuk saat musim mudik. Sebagian besar orang kurang memahami bahwa pola konsumsi mempengaruhi sampah yang dihasilkan.

Selain itu, masyarakat belum memiliki kesadaran untuk mengurangi sampah dari diri sendiri. Kebiasaan itu menyebabkan urusan sampah dianggap sepele. Toh, saat limbah sampah menumpuk yang direpotkan bukan para pembuangnya, tetapi petugas kebersihan, pengelola gedung atau tempat, dan pemerintah.

Oleh karena itu, Saraswati menilai perlu ada kebiasaan yang diubah. “Sekarang jargonnya tidak cukup hanya membuang sampah di tempatnya, tetapi harus mengurangi produksi sampah dari diri sendiri,” katanya.

Pada mudik 2018, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat rata-rata produksi harian sampah di satu tempat peristirahatan mencapai 10 ton. Sedangkan, sampah saat hari biasa hanya sekitar tiga ton.

Sementara, untuk musim mudik tahun ini, KLHK memprediksi sampah mencapai 16.100 ton per hari. Angka itu diperoleh dari jumlah pemudik sebanyak 23 juta orang dikalikan dengan produksi harian sampah per orang rata-rata sebanyak 0,7 kg. Sampah tersebut meliputi styrofoam, kemasan mi instan, botol minuman, gelas plastik minuman, kertas pembungkus makanan, peralatan makan plastik sekali pakai, dan bungkus plastik.

Selama mudik Lebaran 2019, KLHK menggencarkan kampanye gerakan "mudik minim sampah" dan "mudik tanpa sampah plastik". KLHK juga akan mendatangi beberapa tempat peristirahatan dan ruas jalan tol untuk mensosialisasikan kampanye tersebut.

Lembaga Greenpeace Indonesia mendukung upaya tersebut dengan fokus mengkampanyekan #PantangPlastik terhadap pemerintah dan swasta. Sebab, menurut mereka, kampanye pengurangan plastik sekali pakai tidak berdampak maksimal jika hanya disosialisasikan kepada masyarakat.

"Biasanya masyarakat diimbau agar tidak menggunakan kantong plastik, sedotan. Tapi kalau cuma masyarakat yang berubah, maka tidak akan signifikan. Pemerintah, harus mendukung melalui regulasinya. Swasta juga mesti berubah," kata Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X