Ironi Gelora Desa Wisata di Jogja: Dapat Dana Rp13 Miliar, Tapi Kemiskinan Warganya Tinggi

- Rabu, 10 November 2021 | 23:05 WIB
Kolase foto Pantai Ngandong, di Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Gunungkidul, dan warga miskin di Kecamatan Seyegan, Sleman, DIY. (Foto eksklusif: Indozone/Abul Muamar)
Kolase foto Pantai Ngandong, di Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Gunungkidul, dan warga miskin di Kecamatan Seyegan, Sleman, DIY. (Foto eksklusif: Indozone/Abul Muamar)

Gelora pemerintah RI lewat Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) untuk mengembangkan desa wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menemui ironi tatkala dihadapkan pada kenyataan bahwa tingkat kemiskinan di daerah yang dianggap istimewa itu masih tinggi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY per Maret 2021, garis kemiskinan di DIY sebesar Rp482.855 per kapita per bulan. Garis kemiskinan makanan tercatat sebesar Rp 350.007 per kapita per bulan.

Pada Maret 2021, jumlah penduduk miskin di DIY bertambah menjadi 506.450 orang atau sebesar 12,80 persen. 

Sebagai perbandingan, pada September 2020, jumlah penduduk miskin di DIY sebanyak 503.140 penduduk atau 12,80 persen dari total penduduk.

-
Sejoli kekasih menatap senja di Tebing Breksi, Kecamatan Prambanan, Sleman. (Indozone/Abul Muamar)

Penduduk miskin di wilayah perkotaan meningkat sebanyak 5,5 ribu orang menjadi 358,66 ribu orang. Indeks kedalaman kemiskinan meningkat menjadi 2,420 dan indeks keparahan kemiskinannya meningkat menjadi 0,649.

Terkait hal ini, Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar berdalih bahwa data tersebut kemungkinan tidak update.

Menurutnya, patokan konsepsi kemiskinan yang saat ini digunakan BPS adalah penghasilan. Ia berpendapat bahwa karakter orang di setiap daerah berbeda-beda dan oleh karenanya, menurut dia, tidak serta merta banyak orang Jogja dapat dikatakan miskin.

-
Taman Bunga Amarilis di Patuk, Gunungkidul. (Indozone/Abul Muamar)

"Penghasilan keluarga yang dianggap miskin itu 1,99 US dollar atau setara Rp12 ribu per orang per hari. Ini yang harus dimodif sedemikian rupa karena tiap daerah punya karakter yang berbeda," ujar Halim, usai bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X di Kepatihan, Yogyakarta, Rabu (10/11/2021).

Halim ingin setiap aparatur kelurahan atau desa di DIY melakukan pemutakhiran data, agar upaya penuntasan kemiskinan berbasis desa yang merujuk data mikro akan lebih mudah.

"Karena data mikro berbicara 'by name by address', bisa dibentuk dan dilihat apa permasalahan, tinggal samakan konsepsi tentang kemiskinan ekstrem itu," kata dia.

Beri Dana Bantuan Rp13 Miliar

Pada kesempatan itu, Halim menyampaikan bahwa Kemendes PDTT memberikan bantuan dana khusus untuk pengembangan desa wisata di DIY sebesar Rp13 miliar.

-
Gunung Api Purba di Desa Nglanggeran tampak dari atas. (Facebook/Gunung Api Purba)

Dana bantuan khusus itu diberikan untuk program revitalisasi supaya desa-desa wisata di Jogja semakin maju dan ramai dikunjungi.

"Saya laporkan ke Sri Sultan, jumlahnya Rp13 miliar. Itu kecil jika diukur di DIY yang desa wisatanya banyak. Tapi kalau dikalkulasi nasional, kan, banyak, karena dana kami juga di-'refocusing'," ujar Halim.

Halim berharap pelestarian budaya dalam pengembangan desa di DIY dapat dicontoh oleh desa-desa di daerah lain di Indonesia.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X