Ikatan Mahasiswa se-Tanah Papua (Imasepa) menggelar aksi solidaritas di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (19/8). Para mahasiswa tersebut mengecam tindakan diskriminasi rasial terhadap mahasiswa Papua di kota Malang dan Makassar, serta penangkapan paksa di Surabaya pada Sabtu 17 Agustus 2019.
Dalam aksi tersebut, terdengar suara massa berteriak "Papua Merdeka" serta tampak sejumlah poster berisi tuntutan dan kecaman atas tindakan rasis yang dialami warga Papua. Salah satunya menyebutkan, "Kami Bukan Monyet, Kami Manusia".
Ketua Aksi Solidaritas Imasepa, Weak Kosai yang juga merupakan mahasiswa Papua di Bandung mengaku kerap diperlakukan diskriminatif di kampus. Misalnya, ketika dia naik angkutan umum, banyak yang menghindar. "Jadi secara tidak langsung terjadi pada kami rasisme," kata Weak.
Melihat realitas diskriminasi rasial terhadap mahasiswa Papua, Weak mengatakan pihaknya mengajukan 12 poin pernyataan sikap. Di antaranya, mengecam keras tindakan represif dari pihak kepolisian terhadap demonstran. Selain itu, menganggap kepolisian Malang dan Surabaya gagal dalam melaksanakan Peraturan Kapolri No.16 Tahun 2006.
Mereka menuntut kepolisian di dua wilayah tersebut untuk bertanggung jawab penuh atas keamanan dan kenyamanan kondisi psikis para korban. "Menuntut Kapolda Jawa Timur untuk meminta maaf kepada mahasiswa Papua yang telah mengalami korban luka berat. Meminta Wali kota Malang segera cabut dan meminta maaf atas pemyataan sikap berupa wacana untuk pemulanggan mahasiswa Papua," ujar Weak.
Lebih lanjut, Weak menyampaikan pihaknya menuntut pembebasan terhadap 42 mahasiswa Papua di Polrestabes Surabaya. "Hentikan rasisme, manusia Papua bukan Monyet. Usir Mahasiswa Papua dari luar Papua, sama halnya usir Indonesia dari Papua. Mahasiswa Papua akan pulang dari tanah kolonial jika, dan hanya jika Papua diberikan hak penentuan nasib sendiri," katanya.
Dia juga meminta segera dilakukan referendum di tanah Papua Barat atau West Papua untuk mengakhiri tindakan rasisme ini. "Biarkan rakyat Papua menentukan nasibnya sendiri," ujarnya.