Segelintir Polemik yang Muncul dari Aturan Belajar dari Rumah

- Rabu, 18 Maret 2020 | 12:27 WIB
Dua orang anak tampak belajar melalui gawai usai diliburkan oleh pihak sekolah karena corona. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Dua orang anak tampak belajar melalui gawai usai diliburkan oleh pihak sekolah karena corona. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Salah satu imbas dari virus corona ialah diliburkannya kegiatan belajar mengajar, mulai dari jenjang TK, SD, SMP dan SMA hingga Senin (30/3/2020).

Aturan libur ini sudah ditetapkan di sejumlah provinsi di Indonesia, guna mencegah penyebaran virus corona.

Meskipun kegiatan belajar mengajar di sekolah diliburkan sementara, bukan berarti para siswa bisa bebas bermain di rumah. Walaupun libur, kegiatan belajar tetap harus dilaksanakan di rumah.

-
Dua anak tampak belajar secara daring usai diliburkan pihak sekolah. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Bahkan, para siswa diminta untuk tetap mengerjakan semua tugas sekolah meskipun berada di rumah. Orang tua yang juga bekerja dari rumah juga diminta untuk mengawasi anak-anaknya saat belajar.

Meski terkesan menyenangkan, nyatanya belajar dari rumah bukanlah sesuatu hal yang mudah bagi para orang tua. Bahkan, beberapa orang tua mengaku stres saat tiba-tiba bertugas jadi pengawas saat anaknya belajar.

"Ini anak-anak belajar di rumah jadi orang tua yang sibuk. Aku stres banget nih jadi pengawas. Materinya banyak banget," ujar Mesya, seorang wali murid.

Meski kegiatan belajar mengajar di sekolah diliburkan selama 14 hari, namun para siswa dibekali oleh sejumlah tugas, yang dikirimkan guru melalui surat elektronik.

-
Ilustrasi orang tua mengawasi anaknya belajar daring. (Red Tricycle)

Mesya sendiri mengaku stres, karena anaknya, Satrio terlihat begitu santai dalam mengerjakan tugas. Padahal, gurunya sudah bertanya siapa saja yang belum mengumpulkan tugas.

"Rupanya dia pegang HP (gawai) sambil main game," cerita Meisya.

"Aduh pusing, mana tugas-tugasnya pakai bahasa Inggris semua. Terpaksa aku pakai Google Translate," sambungnya.

Sejalan dengan Meisya, orang tua murid lainnya, Hilmi, mengatakan anaknya yang duduk di kelas satu juga mendapat tugas dari sekolahnya.

"Sabiq (anaknya) dikasih pekerjaan rumah (PR) halaman 2-13. Mulai jam ngerjain, jam 9 selesai. Enaknya, habis itu sudah selesai enggak ada belajar lagi," kata Hilmi.

Anak berebut gawai

-
Ilustrasi anak bermain smartphone (Unsplash)

Orang tua murid lainnya, Inung mengungkapkan bahwa tidak semua orang tua bisa menyediakan fasilitas gawai untuk anak belajar di rumah.

"Masih mendingan kalau anaknya punya HP sendiri-sendiri. Tadi pagi ngobrol sama ibu-ibu belanja sayuran, katanya anaknya tiga SD semua tidak punya HP. Jadi pakai HP ibunya, langsung 'hang'," kata Inung.

Halaman:

Editor: Zega

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X