Usai Bom Makassar, IPW: Peringatan Buat Kepolisian Akan Ada Teror Susulan Lainnya

- Senin, 29 Maret 2021 | 00:09 WIB
Petugas kepolisian melakukan pemeriksaan di sekitar sisa-sisa ledakan dugaan bom bunuh diri di depan Gereja Katolik Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan. (Foto: ANTARA/Abriawan Abhe)
Petugas kepolisian melakukan pemeriksaan di sekitar sisa-sisa ledakan dugaan bom bunuh diri di depan Gereja Katolik Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan. (Foto: ANTARA/Abriawan Abhe)

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane menyoroti teror bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Menurutnya ini adalah teroris pertama di era Kapolri Jenderal Listyo Sigit dan menjadi sebuah peringatan.

“Kasus teror bom di halaman Gereja Katedral Makassar merupakan kasus teror bom pertama di era kapolri Sigit kasus bom bunuh diri ini juga merupakan peringatan buat jajaran kepolisian bahwa akan ada teror-teror susulan lainnya,” kata Neta dalam keterangannya, Minggu (28/3/2021).

Neta menilai masih adanya peristiwa ini lantaran masih adanya kelompok-kelompok teror dan kelompok radikal yang belum berhasil diciduk jajaran kepolisian, seperti di Poso atau tempat lainnya.

“Sementara para teroris yang sudah selesai menjalani hukuman, kini bebas melakukan aktivitas tanpa terpantau jejaknya,” urainya.

BACA JUGA: Kapolri Sebut Pelaku Bom Makassar Gunakan Jenis Bom Panci

Kondisi ini, lanjut dia, tentu menjadi tugas berat kapolri Sigit. Apalagi saat ini menjelang ramadhan dan idul Fitri dimana aktivitas dan kebutuhan sosial masyarakat kian meningkat.

-
Petugas kepolisian berjaga di lokasi dugaan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021). (Foto: ANTARA/Arnas Padda)

Neta menilai Kapolri Listyo Sigit perlu mengkonsolidasikan jajarannya mulai dari jajaran intelijen hingga ke aparatur bhabinkamtibmas sebagai ujung tombak untuk mempertajam telinga maupun penciuman jajaran kepolisian agar senantiasa mampu meningkatkan deteksi dan antisipasi dini.

“Kapolda dan Kapolres harus mampu memanage wilayahnya agar jarum jatuh pun di wilayah tugasnya terdengar olehnya. Tujuannya agar polri tidak kecolongan dan teror bom terjadi,” tegasnya.

“Sebab jika teror bom sudah terjadi, korban tewas atau luka tidak hanya diderita pelaku, tapi juga masyarakat luas menjadi korban akibat teror bom tersebut,” sambungnya.

IPW berharap, kasus teror bom terutama yang menyerang gereja ini, merupakan yg pertama dan terakhir di era kapolri Sigit. Untuk itu jajaran Korps Bhayangkara perlu memperkuat para Kapolda dan Kapolres guna melakukan pagar betis, sehingga para teroris tidak mendapat celah untuk beraksi.

“Sebab dalam pantauan IPW, selain Sulsel masih ada sembilan daerah lain yg tergolong rawan teroris, yakni Sulteng, Jatim, Jateng, Jogja, Jabar, Jakarta, Banten, Lampung, dan Sumut,” tandasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X