Tahun 2021 Pandemi Lebih Menggila Dibanding 2020, Ini Kata Mardigu Si Bossman Sontoloyo

- Sabtu, 2 Januari 2021 | 13:58 WIB
Mardigu Wowiek Prasantyo atau lebih dikenal Bossman Sontoloyo. (Instagram)
Mardigu Wowiek Prasantyo atau lebih dikenal Bossman Sontoloyo. (Instagram)

Krisis yang dialami akibat pandemi Covid-19 di tahun 2020, belum apa-apa jika dibandingkan dengan apa bakal terjadi di tahun 2021 dan 2022.

Demikian disampaikan Mardigu Wowiek Prasantyo  dalam wawancaranya dengan Helmy Yahya yang tayang di channel youtube Helmy Yahya Bicara.

Dalam wawancara itu, Helmy juga menanyakan kepada Mardigu yang kini dikenal dengan si Bossman Sontoloyo, apakah tahun 2020 merupakan tahun yang mengerikan bagi dunia.

Terlebih, di tahun 2020, pandemi covid-19 menyerang hampur semua negara.

Menjawab itu, Mardigu yang juga merupakan pengamat terorisme menyebut jika annus horribilis (tahun yang mengerikan) akan terjadi pada tahun 2021 dan 2022.

"Apakah 2020 masuk kategori tahun mengerikan, saya pribadi rasanya belum, puncaknya mungkin 2021 dan 2022. Benar 2020 masuk kategori mengerikan, tapi tidak semua, jadi saya sebut apakah mengerikan untuk semua orang, tidak, mungkin tahun 2021 dan 2022 menurut saya lebih mengerikan kalau miss manajemen," bebernya seperti yang dikutip INDOZONE, Sabtu (2/1/2021)

Terkait pandemi covid-19, Mardigu menyebut jika hal itu merupakan main made disaster. Bukan nature made disaster.

"Dari awal saya mengatakan ini semua by design, buatan. Siapa sih yang meluncurkan pertama, apakah negara atau sekolompok orang. kenapa saya ngotot globalis?" ucapnya.

"Covid tugasnya keluar 2019, yang perlu diingat, kenapa covid beredar di daerah bisnis area, politik area atau daerah pejabat. Kenapa di desa tidak ada, karena nggak ada ngaruhnya, kalau direktur BUMN kena (covid)  2 minggu off itu buat ketidakstabilan." sambungnya.

Untuk mempertegas ucapannya itu, Mardigu menerangkan beberapa aspek yang membuat covid-19 menjadi ditakuti masyarakat dunia.

"Nomor 1 mereka harus menguasi media di 194 negara sejak 2018 mereka mengendalikan media mainstream. Di indonesia, meliput selalu dari media mainstream dan tak pernah meliput data," tegasnya.

"Kemudian dirilis sebuah virus yang sedikit mematikan dari influenza, niatnya bukan membunuh. Ketiga diberitakan yang seram-seram. diberitakan di Italia, di China, beritanya dari mana itu?  karena ada yang creat," sambung dia.

langkah selanjutnya, kata Mardigu, diinspirasinya semua negara untuk melakukan lockdown. Setelah itu, diberlakukannya kerja dan belajar dari rumah.

Nasionalisme yang tergerus

Nasionalisme anak-anak Indonesia dinilai sudah jauh berkurang sejak dimulainya masa reformasi.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X