5 Alasan PLN Tagihan Listrik Bengkak, Mulai dari Ramadan Sampai Kurang Bayar

- Rabu, 10 Juni 2020 | 16:41 WIB
Pengecekan stand meter oleh petugas PLN. (ANTARA/HO-Humas PLN)
Pengecekan stand meter oleh petugas PLN. (ANTARA/HO-Humas PLN)

Polemik tentang tagihan listrik yang melonjak drastis, belakangan ini menjadi salah satu topik perbincangan hangat publik. Pasalnya, sejumlah pelanggan mengeluhkan kenaikan tagihan yang bisa mencapai beberapa kali lipat dari biasa.

Menanggapi banyaknya keluhan dan pertanyaan soal lonjakan tagihan listrik, PT PLN (Persero) angkat bicara.

Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PLN, Yuddy Setyo Wicaksono mengungkapkan sejumlah alasan yang menyebabkan tagihan lisrtrik membengkak.

1. Work From Home (WFH)

-
Ilustrasi pekerja kerja dari rumah. (pexels/Burst)

Yuddy menyebutkan, salah satu penyebab tagihan listrik melonjak ialah banyaknya masyarakat yang bekerja dari rumah atau WFH.

Dengan adanya WFH, konsumsi listrik jadi lebih banyak karena orang menggunakan listrik lebih lama dari biasanya.

"Ini yang membuat kita merasa tidak mengonsumsi besar, padahal pemanfaatannya panjang," ujar Yuddy dalam diskusi virtual yang digelar pada Senin (8/6/2020).

2. Pencatatan tagihan berdasarkan rata-rata 3 bulan terakhir

-
Warga memeriksa meteran listrik di kompleks rumah susun (Rusun) Petamburan, Jakarta. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Alasan kedua yang menyebabkan tagihan listrik naik ialah pencatatan tagihan listrik yang dilakukan berdasarkan rata-rata penggunaan tiga bulan terakhir. Skema ini dimulai sejak bulan Maret lalu karena pandemi corona.

Pada tagihan listrik April dan Mei, sebagian pelanggan ditagih pembayarannya menggunakan rata-rata lantaran tidak ada petugas pencatat meteran yang datang.

Namun, karena WFH diterapkan, maka penggunaan di bulan tersebut bisa meningkat dan tidak sesuai dengan rata-rata 3 bulan sebelum terjadi pandemi corona.

Artinya, ada kelebihan pemakaian yang belum dibayar karena PLN menagih pemakaian di 3 bulan terakhir, saat aktivitas warga masih normal. Kelebihan ini lalu diakumulasikan PLN ke pemakaian bulan April dan selanjutnya.

3. Ramadhan

-
Warga mengisi token listrik di permukiman Kelurahan Gladak Anyar, Pamekasan, Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Saiful Bahri)

Konsumsi listrik pelanggan di bulan Ramadhan yang jatuh pada Mei lalu, dilaporkan lebih tinggi daripada bulan-bulan sebelumnya.

"Kalau Ramadhan kita bangun lebih awal, melakukan kegiatan masak dan sebagainya. Artinya, konsumsi listrik lebih panjang," jelasnya.

4. Kurang bayar

-
Warga memasukkan pulsa token listrik di rumahnya di Kota Kediri, Jawa Timur, Minggu (5/4/2020). (Photo/ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

Yuddy membeberkan, pihaknya melakukan penghitungan tagihan rekening di bulan April dan Mei dengan memakai rata-rata penggunaan selama tiga bulan terakhir. Artinya, penghitungan dimulai sejak Desember 2019 hingga Februari 2020.

Misalnya saja, di bulan Desember 2019 hingga Februari 2020, rata-rata tagihan listrik pelanggan sebesar Rp1 juta, dengan begitu tagihan listrik di bulan April dipatok jadi Rp1 juta.

Halaman:

Editor: Zega

Rekomendasi

Terkini

X