Ngerinya Perekonomian Indonesia sejak Dihantam Corona

- Senin, 4 Mei 2020 | 18:41 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pemaparan melalui video confenrence. (ANTARA/Irwansyah Putra)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pemaparan melalui video confenrence. (ANTARA/Irwansyah Putra)

Dua bulan sejak virus corona masuk ke Indonesia, kondisi perekonomian Indonesia terus tertekan. Seiring dengan sebaran virus corona yang saat ini sudah menyebar di 34 provinsi, daya rusak virus tersebut pun semakin terlihat. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, sejak Januari hingga saat ini, sudah 12.703 penerbangan dibatalkan. Selain itu, jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia juga mengalami kontraksi yang sangat dalam. Hal itu bahkan membuat tingkat okupansi hotel menjadi hanya 0,50% saja. 

Dampak langsung lainnya yang dirasakan adalah penurunan Purchasing Managers Indeks (PMI) yang turun drastis dari posisi 45,3 pada akhir Maret, menjadi ke posisi 27,5 pada akhir April 2020. Sri Mulyani juga mengungkap hingga saat ini sudah 2 juta orang lebih yang terkena PHK, belum lagi pasar keuangan domestik yang terus tertekan hingga menyebabkan capital outflow (dana asing yang keluar) mencapai Rp159,6 triliun. 

"Gejolak ini jadi suatu yang sangat mengancam stabilitasi sitem keuangan kita," ujar Sri Mulyani dalam video conference hari ini, Senin (4/5/2020). 

Menurut Sri Mulyani, meski akselerasi pada bulan Maret ke April susah ditingkatkan kehati-hatian, namun tetap saja indeks PMI drop sangat dalam. Bahkan menurutnya, dalam sebulan, angka penjualan ritel drop hingga 5,4%. 

"Dibutuhkan langkah cepat untuk menciptakan bantalan untuk menunjang sektor kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan keuangan, untuk meredam dampak yang sangat tinggi. Ini bisa membuat ekonomi drop," tuturnya. 

Sri Mulyani mengakui, dampak dari virus corona ini cukup parah sehingga perlu ada skenario terberat yang mungkin harus dihadapi Indonesia.

Proyeksi ekonomi sendiri diperkirakan tumbuh negatif, sebagaimana dipaparkan oleh lembaga internasional seperti World Bank hingga IMF. 

"World bank di 2020 minus 3,5% ekonomi Indonesia tumbuhnya dan ini paling buruk. ADB 2,5% dan IMF 0,5%," ungkapnya. 

Pemerintah, kata dia, bersama dengan BI meramalkan ekonomi Indonesia dengan skenario sangat berat, maka ekonomi bisa minus 0,4%. 

"Sedangkan skenario berat tumbuh di 2,3%," katanya.

Adapun, pada kuartal I-2020 ini diproyeksikan ekonomi bisa tumbuh ke 4,5%-4,7%. Pada Maret pekan kedua denyut ekonomi masih baik. 

"Tapi pada pekan kedua Maret, terjadi perubahan dan terlihat dari penerimaan pajak yang drop. Jadi, seperti kita lihat, pandemi Covid-19 ini shock besar di kesehatan dengan ancaman kematian dan belum ditemukan vaksin dan obatnya," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X