Pemerintah telah memulangkan 238 warga negara Indonesia (WNI) dari Provinsi Hubei, Tiongkok dan sekitarnya. Sejak kemarin, para WNI itu ditempatkan di hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna, Kepulauan Riau untuk melakukan observasi kesehatan selama 14 hari ke depan.
Keputusan pemerintah menjadikan Natuna sebagai tempat observasi WNI yang pulang dari Tiongkok sempat mendapat penolakan dari warga setempat. Kendati demikian, hal tersebut tak mengubah rencana yang telah ditetapkan.
Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dr Anung Sugihantono, M. Kes, hingga saat ini tidak ada skenario pemindahan tempat observasi.
Anung menjelaskan, beberapa pertimbangan pemilihan Natuna sebagai lokasi observasi antara lain menyangkut waktu, jarak, persoalan jumlah dan kedaruratan.
"Sebenarnya ada beberapa pilihan. Tapi kemudian yang dipilih adalah Natuna," ujar Anung.
Dirinya meyakinkan jika lokasi tempat observasi terbilang aman, sehingga masyarakat tak perlu khawatir. Tenda yang didirikan di hanggar untuk observasi pun memiliki dua lapis, sehingga virus, bakteri, maupun kuman tidak akan keluar hingga ke pemukiman.
"Mekanisme penularan virus sejauh ini masih belum jelas, ada yang bilang melalui saluran pernapasan, kontak dekat, ada pula melalui udara. Tapi dengan jarak kira-kira lokasi 6 km antara tempat observasi dengan masyarakat, ini cukup jauh. Virus tidak kuat bertahahan di udara dalam jarak itu," kata Anung.
Alasan lain Natuna dipilih sebagai tempat observasi kesehatan adalah, menyangkut kondisi jiwa para WNI yang baru pulang dari Tiongkok.
"Kami melihat juga kondisi psikologis, bukan hanya karena tempatnya jauh. Kalau mereka habis pergi jauh lalu diajak lewat hutan bakau, enggak ngerti itu dimana, malah bikin stres," pungkas Anung.
