Jejak Histori Rock Indonesia, Lahirnya Musisi Legendaris

- Kamis, 17 Oktober 2019 | 14:35 WIB
ANTARA/Fanny Octavianus
ANTARA/Fanny Octavianus

Band yang mulanya tampil dari pesta ke pesta, masuk ke dekade 1970-an sudah punya panggung yang lebih pantas. Sebetulnya, band-band yang hadir di dekade itu bukan tiba-tiba. Mereka rata-rata telah terbentuk sejak akhir 1960-an, tepatnya ketika tumbangnya Orde Lama yang menjadi pintu bagi masuknya pemikiran dan juga budaya baru dari luar negeri, terutama Barat.

Namun baru beberapa tahun setelahnya, nama-nama band yang mengklaim beraliran musik rock tersebut, menjadi wajah baru musik nasional di Tanah Air. Sebutlah band rock 'The Rollies'. Kelompok gitar rancak asal Bandung itu sudah memulai karier bermusik sejak 1967 lewat prakarsa Deddy Sutansyah atau yang populer dikenal dengan nama Deddy Stanzah.

Setahun setelah terbentuk, The Rollies yang diisi Deddy Stanzah, Iwan Iskandar, Tengku Zulian Iskandar Madian, Delly, serta Bangun Sugito alias Gito Rollies, mendapat kontrak rekaman dari label Singapura, Philips Records. Bersama Philips, The Rollies merilis dua album yakni 'The Rollies' (1968) dan 'Halo Bandung' (1969).

-
Band The Rollies | ANTARA/Rezza Estily

Sementara di tahun yang sama, arek Suroboyo yang dipimpin Ucok Harahap membentuk kelompok 'Apotik Kali Asin' yang disingkat AKA. Mengajak Soenatha Tanjung, Syech Abidin, Harris Sormin dan Peter Waas, Ucok dan kawan-kawan memainkan musik rock blues seperti Led Zeppelin, Jimi Hendrix, atau heavy metal seperti Deep Purple.

Tiga tahun setelah terbentuk, AKA baru merilis album pertamanya 'Do What You Like' oleh Indra Records. AKA dikenal dengan aksi panggung sang vokalis yang eksentrik. Ada pula nama God Bless, band legendaris yang sampai hari ini masih aktif bermusik sejak 1970-an.

Sepulang dari Belanda, sang vokalis Ahmad Albar memulai band bernama Crazy Wheels bersama Fuad Hassan, Donny Fatah, dan Ludwig Lemans -gitaris band Albar saat masih di Belanda, Clover Leaf- yang pada 1973 berganti nama menjadi God Bless. Dua tahun setelah dinamai God Bless, band ini baru merilis albumnya bersama label rekaman Pramaqua.

Meniru Band Idola

-
Musisi rock senior Indonesia Benny Soebardja | ANTARA/Pey Hardi Subiantoro

Akademisi Seni Musik Universitas Pasundan, Djaelani mengatakan meski pada saat itu banyak band yang tumbuh, kebanyakan dari mereka hanya meniru dengan semirip mungkin band idolanya.

"Kalau dulu itu kontestasinya mirip-miripan, semakin mirip yang asli, baik dari sound, sentuhan melodi, sampai gaya berdandan, itu paling oke," kata pria yang akrab disapa Djae itu.

Semakin mirip dengan yang aslinya, maka band tersebut akan semakin disenangi oleh para penikmat musik. Maka tak jarang, band-band besar yang telah memiliki karya sendiri pun akan tetap membawakan lagu-lagu dari musisi Barat.

-
Band The Beatles | Wikipedia

Giant Step yang digawangi oleh Benny Soebardja, salah satu band yang sangat percaya diri membawakan lagu-lagu ciptaan sendiri di panggung. Ketika saat itu, band lain lebih memilih menyanyikan lagu-lagu dari band luar, seperti The Beatles, Rolling Stones, Deep Purple, Black Sabbath, dan lainnya.

"Giant Step memang kemampuannya luar biasa, dia cuek saja walau membawakan lagu sendiri, orang-orang juga enggak ada yang lemparin mereka," kata Djae.

Akses Studio Rekaman Terbatas

-
Band God Bless | ANTARA/Fanny Octavianus

Meski band-band rock memiliki lagu sendiri kala itu, nyatanya tidak semua bisa dirilis menjadi album karena akses ke studio rekaman sangat terbatas. Misalnya, The Rollies dan Harry Roesli harus rekaman ke Singapura untuk album mereka.

Sebenarnya dibandingkan dengan musik pop, kata Djae, jumlah rekaman musik rock tidak terlalu banyak. Namun pertanyaannya, 'mengapa era 70-an disebut sebagai era keemasan rock?'. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan musik rock saat itu sangat berkembang dan beragam. Sementara musik di luarnya seperti genre pop, terbilang cukup stagnan.

-
photo/picbear.com

The Rollies misalnya, hadir sebagai grup 'funk rock n roll' yang sangat fenomenal pada masanya. Belum lagi, Harry Roesli datang dengan gaya berbeda. Harry tumbuh menjadi komunitas sendiri yang berbeda dengan komunitas rock yang muncul saat itu.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X