Sering Buat Lirik Lagu Bahasa Inggris, Ardhito Pramono Merasakan Dampak Negatif

- Kamis, 14 Juli 2022 | 11:58 WIB
Ardhito Pramono saat perilisan album Wijayakusuma di Jakarta. (Dok. Creathink Publicist).
Ardhito Pramono saat perilisan album Wijayakusuma di Jakarta. (Dok. Creathink Publicist).

Solois Ardhito Pramono dikenal sebagai musisi yang menyajikan warna musik yang berada di seputaran pop atau jazz dengan nyanyian lirik berbahasa Inggris.

Meski tak ada masalah dengan hal tersebut, Ardhito tampaknya merasakan sesuatu yang negatif lantaran membuat lirik dengan bahasa asing tersebut.. 

“Gue melihat banyak sekali dampak kurang baik dari karya gue selama ini yang menggunakan bahasa Inggris,” ungkap Ardhito mengutip keterangan resminya. 

“Misalnya, teman-teman musisi baru yang akhirnya ikut memilih menggunakan bahasa Inggris dalam karyanya," jelas Ardhito.

Lantaran hal itu untuk pertama kalinya, lewat delapan lagu dalam album terbarunya Wijayakusuma yang baru dirilis Rabu (13/7/2022) kemarin, Ardhito melahirkan karya sendiri dengan sentuhan Indonesia sebagai dasar utamanya. Tentunya dengan bahasa Indonesia.

"Gue tidak ingin bahasa kita lenyap digantikan oleh bahasa asing dalam sebuah pengkaryaan.” 

Demi mencapai tujuan tersebut, Ardhito mendapat banyak arahan dari Narpati ‘Oomleo’ Awangga yang juga menulis beberapa lirik di Wijayakusuma.

Alhasil, Ardhito menulis lirik-liriknya dengan padanan aksara Indonesia yang beragam. 

Single pertamanya, berjudul sama dengan nama album, memuat pilihan kata yang jarang digunakan, dipadu dengan bahasa Jawa yang dinyanyikan oleh pelaku macapat bernama Peni Candra Rini. Ada pula padanan yang tersusun cukup gamblang seperti “Berdikari” maupun “Rasa- rasanya”, hingga yang dibalut ambiguitas pada “Daun Surgawi” juga “Asmara”. Ardhito bereksplorasi dalam bercerita tanpa mengaburkan kisah lagunya.

“Album ini adalah keresahan, penyesalan, keindahan, dan hal-hal yang terjadi di beberapa tahun belakangan. Lewat album ini, sekiranya gue ingin melampiaskan dan memotret beberapa kejadian yang terjadi.”

Elemen nusantara dalam Wijayakusuma juga Ardhito sematkan ke seluruh aransemen musik hingga caranya bernyanyi. Jika di karya-karya sebelumnya terpancar energi crooner ala Sinatra, Crosby, hingga Bennett, album ini justru pekat akan kualitas pop Indonesia periode empat hingga lima dekade silam. 

Wijayakusuma adalah cerminan eksperimen Keenan Nasution, Margie Segers, Chrisye, Rafika Duri, Dian Pramana Poetra, Rien Djamain, Utha Likumahuwa, hingga Candra Darusman.

“Sepertinya album ini menjadi album yang 30 tahun sekali gue rilis. Karena sejujurnya gue tidak tahu kapan gue bisa membuat lagu-lagu seperti ini lagi. Kesempatannya cuma sekali dalam 30 tahun. Seperti kebetulan yang terjadi ketika orang sedang bermain jazz, kebetulan itu tidak akan terulang kembali,” pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X