Nama Sofia waldy atau Sofia WD dikenang sebagai sosok aktris film, tempo dulu, mulai 1948 hingga 1986. Namun siapa sangka bila sebelum itu ia adalah seorang agen intelijen.
Tak hanya sebagai akris, ia juga seorang sutradara, penulis naskah, hingga produser film pada masanya. Mungkin kakek atau orang tua kalian mengenalnya dengan peran sosok ibu-ibu yang sering memakai kebaya dan konse
Namun, jangan salah bila ia seorang perwira intel berpangkat sersan mayor Berikut ada beberapa fakta yang Indozone himpun.
Baca Juga: Sudah Tak Laku, Allison Mack Gabung Sekte Budak Seks NXIVM: Pengen Jadi Artis Lagi
Kehidupan Sofia WD di masa perjuangan kemerdekaan.
Mengutip situs Indonesia Film Center, Sofia terlahir dari keluarga pedagang pada 12 Oktober 1924. Lahir di Bandung dari keluarga Apandi dan Sumirah, sebagai anak kedua dari empat bersaudara.
Setelah tamat HIS (1935) dan Darul Muta'allimin, ia bekerja pada sebuah perusahaan milik Jepang, seraya bergabung dengan grup sandiwara Irama Massa. Karena nasib baik, ia berhasil menjadi pemeran utama. Ternyata, pengalaman akting inilah yang kelak membawanya ke puncak karier.
Dalam usia 14 tahun ia menikah pertama kali dengan Eddy Endang, seorang kapten dari kesatuan Siliwangi.
Direkrut Kolonel Zulkifli Lubis, pendiri agensi intellijen
Kemudian, Sofia dan Eddy Endang bergabung menjadi anggota Field Preparation (FP) yang didirikan Kolonel TNI Zulkifli Lubis pada tahun 1946. Mengutip buku "Intel: Menguak Tabir Intelijen di Indonesia" karya Ken Conboy, Zulkifli Lubis sendiri dikenal sebagai Bapak Intelijen Indonesia, pemimpin Badan Istimewa (BI) dan Badan Rahasia Intelijen Negara (BRANI) yang kelak menjadi Badan Intelijen Negara (BIN)
Baca Juga: Kisah Zulkifli Lubis: Sang Kolonel Misterius, Agen Rahasia Pertama Indonesia
Sofia dan sang suami dilantik sebagai perwira intelijen yang memiliki fungsi pengamatan untuk kepentingan NKRI.
Pasangan suami istri tersebut menempati posisi di bagian propaganda bidang seni. Sofia WD sendiri pernah mengemban pangkat sebagai sersan mayor dan ikut bergerilya di daerah Limbangan di kaki Gunung Haruman, Jawa Barat.
Karir Sofia di dunia film.
Setelah suaminya meninggal dalam tugas pada 1947, ia sempat memutuskan bermain dalam sebuah film. Salah satu filmnya 'Air Mata Mengalir di Tjitarum' pada 1948, dan bermain di berbagai film lainnya
Membintangi banyak film Indonesia, Sofia mempelajari banyak hal. Selain main sebagai aktris, ia juga mempelajari teknik penyutradaraan, kamera dan penataan gambar. Kini ia tak hanya dikenal sebagai pemain, tetapi juga sutradara dan pimpinan produksi.
Tahun 1960 ia pertama kali tampil sebagai sutradara dalam film “Badai Selatan”, produksi CV Ibukota Film. Sepuluh tahun kemudian berdiri Libra Film dengan produksi film pertamanya “Si Bego dari Muara Condet”. Skenario penyutradaraan dan pimpinan produksi berada di tangannya.