'Surat Dari Kematian' Hadirkan Logika Versus Mistis

- Selasa, 7 Januari 2020 | 14:24 WIB
Cover film 'Surat dari Kematian' (Instagram/@_maxpictures)
Cover film 'Surat dari Kematian' (Instagram/@_maxpictures)

Awal tahun ini, para penikmat horor akan disuguhkan 'Surat Dari Kematian,' film terbaru besutan Max Pictures. Film yang diangkat dari novel karya Adhan T Fusama ini akan menampilkan sajian horor yang berbeda. Terutama benturan antara logika dan kepercayaan mistis yang ada di masyarakat kita.

Saat dihubungi Indozone, penulis novel Adham T Fusama menceritakan keunikan dari cerita yang ia tulis yang akhirnya dipinang pihak Falcon. Menurutnya, cerita 'Surat Dari Kematian' juga menyuguhkan tentang sisi argumentatif masyarakat tentang fenomena mistis. 

"Dari segi cerita, SDK ingin ada dinamika antara orang yang skeptis terhadap dunia lain, diwakili tokoh Kinan, dan yang percaya akan adanya dunia lain diwakili Zein yang punya indra keenam. Saya rasa, "perdebatan" antara logika dan mistis di Indonesia masih terus berlanjut," ungkapnya kepada Indozone.

Tidak hanya argumentasi masalah logika, film ini juga mengangkat perdebatan antara kepercayaan mistis dan keyakinan religius. Seperti yang terlihat dalam trailernya, ketika salah satu tokoh utamanya berdebat masalah kemusryikan dengan kemampuan indigo tokoh lainnya.

"Udah-udah, lo itu musryik tau nggak sih," ucap Kinan.
"Musyrik kamu bilang? Kamu kira enak apa hidup kayak gini? Ketakutan sendiri," balas tokoh Zein. 

Film ini juga memiliki banyak lapisan yang seru. Tidak hanya horor dan sisi argumentatif di dalamnya, namun juga menyajikan berbagai hal yang membuatnya sedikit berbeda dengan horror kebanyakan.

"SDK juga nggak cuma nawarin "cerita hantu" doang tetapi ada penyelidikannya, ada lucunya juga, ada romancenya juga, ada pesan-pesan anti bullying-nya juga, family value, nilai-nilai persahabatan, dan lain-lain," tuturnya lebih lanjut. 

-
Adham T Fusama beserta Hestu Saputra sutradara dari 'Surat Dari Kematian' (Instagram/@adhamtfusama)

 

Untuk menghidupkan cerita yang ia tulis secara visual, Adham banyak memberi masukan kepada para produser untuk mengambil lokasi otentik yang ada dalam ceritanya. Salah satunya membawa para kru ke Jogjakarta sesuai yang disebutkan dalam novelnya.

"Saya ingin SDK punya rasa yang otentik. Ketika saya memutuskan setting-nya di Jogja, karena saya waktu itu masih tinggal di Jogja, saya manfaatin setting tersebut dengan semaksimal mungkin, termasuk menggunakan lokasi-lokasi angker yang sebenarnya, termasuk Gama Plaza," ungkap sang penulis. 

Film yang akan tayang pada 9 Januari mendatang bercerita tentang tempat angker di kawasan Universitas Gadjah Mada. Mulai dari Jembatan Perawan, Kampus FEB, sampai larangan menyanyikan lagu "Gugur Bunga" di Bundaran FT pada malam hari. Semua tempat angker tersebut sudah diliput oleh Channel Youtube Kinan & Zein Lit AF.

Hingga akhirnya, sebuah petaka mereka dapatkan saat meliput Gama Plaza, gedung terbengkalai yang semakin angker. Dimana ada seorang mahasiswa yang hilang setelah menerima surat misterius.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X