Kisah Lansia Pemulung Beras, Makan Beras Sisa sampai Diusir Petugas

- Jumat, 11 Februari 2022 | 08:47 WIB
Siping alias pemulung beras (Jafriyal/IDZ Creators)
Siping alias pemulung beras (Jafriyal/IDZ Creators)

Pasar Induk Beras Cipinang merupakan sentra perdagangan beras di Ibu Kota. Pasar yang berlokasi di wilayah Pisangan, Jakarta Timur ini enggak pernah tidur. Aktivitas bongkar muat dan jual beli beras terus berlangsung tanpa jeda. Truk-truk pengangkut karung beras hitungan ton hilir mudik setiap saat.

Ketika truk tiba, para kuli panggul masing-masing memanggul 10 hingga 20 karung beras setiap hari. Dua orang dari mereka berada di bak truk untuk mengambil karungan beras. Kemudian diberikan ke kuli panggul yang sudah menyodorkan punggungnya untuk memanggul karungan beras.

-
Aktivitas siping di Pasar Beras Cipinang (Jafriyal/IDZ Creators)

Perlahan tapi pasti mereka menahan beban 50 kilogram beras di pundaknya. Berjalan menuju area dalam gudang untuk menata beras. Cuaca dan bobot beras adalah hal biasa buat mereka.

Namun di antara kesibukan para pria perkasa tersebut, ada sejumlah anak, remaja hingga wanita lansia yang sibuk memunguti tumpahan beras dari hasil bongkar muat.

Para pengumpul beras sisa ini biasa disebut siping, yang mayoritas adalah wanita paruh baya dan lansia. Salah satunya adalah Mawar (bukan nama sebenernya).

-
Beras sisa jadi sumber rejeki buar para siping (Jafriyal/IDZ Creators)

Lengan renta Mawar menyerok butiran beras di toko-toko beras Cipinang. Sebelum ia masukkan ke dalam kantong plastik, Mawar harus perlahan-lahan membersihkan beras dari kotoran dan debu di lantai Pasar Beras Cipinang. Buat Mawar, butiran beras yang terbuang justru merupakan sumber rejeki. 

Bermodal sapu dan pengki, setiap hari Mawar berkeliling Pasar Beras Cipinang sejak pukul 07.00-17.00 WIB.

-
Beras sisa yang bercampur dengan debu dan kotoran (Jafriyal/IDZ Creators)

Setiap hari Mawar bisa mengumpulkan beras hingga 5 kg. Namun jika bongkar muat sedang sepi, Mawar dan siping lainnya hanya mampu mengumpulkan 3 kg beras. Lumayan, beras-beras sisa itu bisa ia olah sendiri, sisanya ia jual seharga Rp3 ribu per kg.

Sebenarnya ini bukan pekerjaan Mawar sejak awal. Mawar merantau ke Jakarta di awal tahun 90-an. Saat tiba di Jakarta wanita ini bekerja sebagai ART (Asisten Rumah Tangga) dan pengasuh anak. Namun karena satu dan lain hal Mawar terpaksa melepaskan pekerjaannya dan beralih profesi menjadi siping.

-
Mawar sibuk membersihkan beras dari sisa kotoran (Jafriyal/IDZ Creators)

Sebenarnya siping seperti Mawar kerap mendapat teguran dari pemilik toko dan pengelola pasar. Namun beragam teguran enggak membuat mereka berhenti.

Sejatinya siping menyimpan potensi untuk mendatangkan manfaat ekonomi dan sosial. Seperti usaha di sektor formal, siping juga memiliki mata rantai dari pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan produksi sampah.

Namun Mawar sebagai pemulung beras memiliki posisi tawar yang sangat lemah seperti pemulung lainnya. Pemulung enggak memiliki kekuatan untuk menentukan harga dan daya tawar di depan mata pembeli. Peran pemerintah menjadi krusial untuk mewujudkan manfaat ini.

Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini 

-
IDZ Creators

 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Ada dari Sumatra, Ini 3 Smart City di Indonesia

Minggu, 28 April 2024 | 11:35 WIB
X