Virus corona atau Covid-19 membuat masyarakat di dunia berbondong-bondong memborong barang di supermarket. Hal ini juga terjadi di Jakarta setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua warga positif virus corona.
Di beberapa tempat, banyak orang memborong bahan makanan dan keperluan sehari-hari dalam jumlah banyak. Psikolog Tiara Puspita pun memberikan tanggapannya.
Menurutnya, fenomena panic buying umumnya terjadi karena seseorang mengantisipasi hal terburuk yang akan terjadi, sehingga berlomba-lomba melakukan sesuatu yang dianggap dapat melindungi mereka dari kesulitan atau kelangkaan barang di kemudian hari. Ini terjadi karena seseorang merasa cemas atau takut akan hal yang tidak diketahui.
"Misalnya kasus Covid-19 ini, karena ini tidak pernah terjadi sebelumnya di Indonesia, ditambah kita juga melihat sebelumnya di Tiongkok, kota-kota mengalami karantina sehingga membatasi pergerakan masyarakat untuk keluar rumah. Hal ini membuat masyarakat mempersiapkan diri dan memiliki kontrol lebih seandainya hal tersebut juga terjadi di Indonesia," kata Tiara saat dihubungi Indozone, Jumat (6/3/2020).
Akibatnya, lanjut Tiara, ketika stok masih tersedia di pasar, masyarakat berlomba-lomba untuk membeli barang yang sebetulnya justru berdampak negatif bagi pasokan barang serta melonjaknya harga dari barang-barang tersebut.
"Masyarakat merasa perlu melakukan suatu tindakan yang 'ekstra', padahal sebetulnya cukup mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah penularan (virus corona)," kata Tiara.
Menularkan Ketakutan
Tiara juga menjelaskan, suatu bentuk perilaku yang rasional jika kita mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi buruk yang mungkin terjadi dengan memiliki stok dalam jumlah wajar. Tapi jika berlebihan dampaknya justru akan merugikan orang-orang di sekitar kita.
"Kelangkaan barang (selain naiknya harga) seperti masker dan hand sanitizer juga akan berdampak buruk bagi orang-orang yang betul-betul membutuhkan, seperti misalnya tenaga medis atau orang sakit," katanya.
Karena itu, ia mengingatkan agar orang-orang bisa mengontrol emosi, rasa cemas, dan takut yang dapat memengaruhi perilaku dalam membeli atau menyimpan barang seperti masker, hand sanitizer, hingga bahan makanan. Karena hal itu dapat menularkan kecemasan dan ketakutan orang lain sehingga terjadi panic buying.
"Karena perilaku kita dapat memengaruhi perilaku orang lain dan menularkan kecemasan atau ketakutan yang akhirnya menjadi tidak rasional. Ingat bahwa mempersiapkan diri dalam menghadapi situasi genting atau mengkhawatirkan adalah suatu tindakan yang perlu, karena artinya kita bersikap waspada, tetapi hindari untuk menjadi cemas berlebihan, apalagi ketika kita melihat orang-orang berlomba menyetok barang kebutuhan pokok dalam jumlah besar," pungkas Tiara.