Masyarakat Inggris Masih Bingung Soal Lockdown Terkait Virus Corona

- Senin, 30 Maret 2020 | 14:20 WIB
Antrean mengular di salah satu supermarket di Inggris, ketika terjadi wabah virus corona. (REUTERS/Paul Childs)
Antrean mengular di salah satu supermarket di Inggris, ketika terjadi wabah virus corona. (REUTERS/Paul Childs)

Wabah Covid-19 di sejumlah negara penyebarannya terbilang sangat cepat dan sudah menelan banyak korban. Salah satu contohnya adalah Inggris. Di negara tersebut, level penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru atau SARS-COV Tipe 2 itu sudah masuk kategori darurat nasional sehingga pemerintah memberlakukan lockdown atau karantina wilayah.

Pemerintah Inggris memberlakukan peraturan lockdown selama 3 minggu. Akan tetapi, menurut WNI yang tinggal di London yaitu Maria Stela Clarisa Nau, skema lockdown yang ditetapkan pemerintah belum jelas.

Perempuan yang akrab disapa Stela itu mengatakan, media, kepolisian, dan masyarakat kesulitan menginterpretasikan secara teknis skema lockdown.

“Berangkat dari keputusan PM Inggris, semua warga diminta untuk stay di rumah kecuali mereka yang harus keluar untuk berkegiatan kategori esensial seperti misalnya belanja kebutuhan makanan, olahraga, pekerjaan teknis di lapangan, dan medical assistances. Pertanyaan yang muncul bagaimana kemudian menentukan kadar esensialnya,” ujar Stela dalam diskusi online bertajuk ‘Berbagi Kisah dengan WNI di London’ yang diselenggarakan oleh AJI Jakarta baru-baru ini.

-
Beberapa orang tetap berada di taman, meski sudah diberlakukan lockdown di wilayahnya. (REUTERS/Johanna Geron)

Stela yang tengah menyelesaikan studi S2 di Goldsmiths University of London mengatakan belum ada perhitungan yang pasti terkait aturan lockdown dan kategori esensial.

Terlebih hingga saat ini masih berlangsung perbaikan infrastruktur. Pemerintah Inggris masih terus mengkaji skema lockdown di parlemen termasuk pedoman untuk sektor pekerjaan guna menghadapi Covid-19.

“Sejauh ini sudah ada undang-undang yang dikeluarkan khusus untuk menjalankan mitigasi Covid-19. Namun di dalamnya baru memuat sejumlah langkah general yang harus diperhatikan oleh semua kalangan, belum masuk kepada hal-hal yang lebih spesifik seperti yang sebelumnya saya jelaskan,” ujar Stela.

Selain itu, ada hal lain yang juga menjadi pertanyaan masyarakat tentang sistem self isolation. Stela mencontohkan, bila dalam suatu rumah ditinggali 5-6 orang lalu salah satunya ada yang terkena virus corona, masyarakat belum mengerti aturan self isolation yang tepat.

“Hal sesederhana itu interpretasinya bisa beda-beda,” ujarnya.

-
Ilustrasi seorang pria melakukan self isolation atau isolasi mandiri. (REUTERS/Denis Balibouse)

Kondisi lainnya adalah aturan self isolation untuk orang-orang yang masih harus bepergian ke luar. Belum ada pedoman yang pasti tentang cara berinteraksi dengan orang-orang yang tinggal di rumah dan self distancing ketika di luar rumah.

“Jangan sampai meskipun orang tersebut sehat, tidak punya gejala, tapi karena harus kerja setiap hari, pulang ke rumah bawa penyakit. Bagaimana supaya tidak punya kontak yang membahayakan orang tua, orang-orang berumur, atau anak-anak di rumah, itu yang sampai sekarang belum punya standar,” ucap Stela.

Meskipun belum ada skema yang jelas, layanan kesehatan nasional di Inggris atau NHS telah menetapkan beberapa pedoman. Salah satunya melibatkan relawan atau volunteer.

“Jadi kalau misalkan ada yang terkena Covid-19 atau orangtua yang kesulitan beraktivitas karena virus corona ini, maka volunteer-volunteer di setiap komunitas yang turun tangan. Jadi volunteer yang membelanjakan kebutuhan dan kemudian mengantar ke rumah orang yang suspect Covid-19 atau orangtua yang tidak bisa keluar karena khawatir terkena penyakit,” pungkas Stela.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB

5 Contoh Hak Siswa di Sekolah yang Kamu Harus Tau!

Kamis, 11 April 2024 | 09:10 WIB
X