5 Faktor Ini Bikin Seseorang Susah Akhiri Hubungan Abusive

- Jumat, 6 September 2019 | 14:12 WIB
Ilustrasi abusive relationship. (Pexels/Kat Jayne)
Ilustrasi abusive relationship. (Pexels/Kat Jayne)

Sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius, kamu harus memastikan jika pasanganmu adalah orang yang "sehat". Definisi sehat di sini adalah dia mampu mengontrol diri ketika dirinya dikuasai oleh emosi yang menggebu-gebu. Jangan sampai dia dengan mudahnya main tangan ketika sedang cek-cok denganmu.

Abusive relationship adalah suatu hubungan yang disertai dengan tindakan kekerasan yang sengaja dilakukan dan ditujukan kepada pasangan. Abusive relationship mencakup bukan hanya kekerasan secara fisik, namun juga secara emosional, finansial, verbal, maupun seksual.

Abusive relationship biasanya diawali dengan pelaku yang mulai menjauhkan pasangannya dari orang-orang sekitarnya. Pelaku juga memainkan emosi korban, sehingga korban lebih sering merasa bersalah jika bertindak tidak sesuai dengan keinginan pelaku. 

Pelaku juga biasanya merasa paling tersakiti dan merasa menjadi korban didalam hubungan, dan lebih parahnya lagi pelaku mulai melakukan kekerasan secara verbal sampai fisik.

Ada banyak faktor yang mendasari seseorang untuk bertahan dalam hubungan penuh kekerasan. Faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi korban secara langsung maupun orang-orang di sekitarnya.

Berikut adalah beberapa penyebab paling umum mengapa korban kekerasan dalam hubungan sulit meninggalkan pasangannya antara lain:

1. Konflik pikiran dan emosi

-
Ilustrasi konflik. (Pexels/Kat Jayne)

Trauma dengan adanya kekerasan dalam hubungan bisa membuat korban merasa bingung, ragu, serta menyalahkan dirinya sendiri. Korban percaya bahwa ialah yang memicu konflik. Caranya bertanggung jawab adalah dengan tidak mengakhiri hubungan yang abusive tersebut.

Ada pula korban yang tidak menyadari bahwa perlakuan pasangannya tergolong sebagai kekerasan. Ia bisa saja tidak mengetahui bahwa kata-kata kasar, perilaku mengintimidasi, atau hubungan seksual tanpa persetujuan juga merupakan bentuk kekerasan.

Dengan begitu, sulit baginya untuk memikirkan “mengakhiri hubungan” sebagai alternatif dari akhir hubungan ini.

2. Rasa takut korban

-
Ilustrasi rasa takut. (Pexels/Rawpixel)

Salah satu alasan korban kekerasan dalam hubungan sulit meninggalkan pasangannya karena si pelaku sering kali memanfaatkan rasa takut korban untuk menjebaknya. Ia bahkan tidak ragu bertindak semakin kasar jika korban berusaha melepaskan diri atau mengadu kepada orang lain.

Tidak jarang, pelaku kerap mengancam akan menyakiti anak, orangtua, serta orang lain yang penting bagi korban. Akhirnya, korban tidak berani mengakhiri hubungan abusive ini. Pelaku pun merasa memiliki kontrol yang kuat terhadap pasangannya.

3. Tekanan sosial, agama, dan norma

-
Ilustrasi tekanan sosial. (Pixabay/Cocoparisienne

Faktor agama dan norma juga bisa membuat seseorang bertahan dalam hubungan yang penuh kekerasan. Korban mungkin dapat mengakhiri hubungan abusive melalui perceraian. Namun, bisa saja ia terbentur oleh agama dan norma yang kerap memberi stigma buruk terhadap perceraian sehingga korban mengurungkan niatnya.

4. Korban bergantung pada pelaku

Beberapa orang yang menjadi korban kekerasan dalam hubungan terpaksa bertahan karena mereka bergantung pada pelaku. Kasus yang paling sering terjadi adalah ketergantungan finansial. Korban memaksakan diri untuk bertahan karena ia tidak memiliki penghasilan untuk menghidupi diri.

Ada pula korban yang tidak mampu mengakhiri hubungan abusive karena tidak tahu harus pergi ke mana setelahnya. Rasa putus asa ini biasanya menjadi lebih besar jika korban tinggal bersama dengan pelaku.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X