Keberagaman budaya di Tanah Air menjadi cerminan keindahan serta kenyamanan kehidupan berbangsa. Berbicara tentang keberagaman budaya, kali ini penulis sedikit membahas salah satu budaya masyarakat Suku Tengger di Gunung Bromo yang kamu harus tau.
Keindahan Gunung Bromo menyimpan budaya unik. Budaya tersebut salah satunya adalah Perayaan Hari Raya Karo yang dilaksanakan sekali dalam setahun. Namun, ada satu yang unik dan menarik untuk disimak, yakni Jimat Kelontong.
Jimat Kelontong merupakan pusaka masyarakat Suku Tengger di Gunung Bromo. Jimat berisi uang satak atau uang kuno, pakaian kuno hingga tulisan berisi mantra. Pusaka ini disucikan satu tahun sekali, sehari sebelum upacara Karo digelar.
Tidak seperti upacara adat Yadnya Kasada, Karo adalah hari raya keagamaan umat Hindu Tengger yang digelar setiap tanggal 15 bulan kedua kalender Suku Tengger.
Baca juga: Streamer IShowSpeed Ngide Masak Corn Dog Pakai Susu, Hampir Jadi Bencana!
“Sebagai refleksi kehidupan dimana setiap manusia patut memaknai hidup untuk selalu bersyukur atas rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada sang Pencipta,” ujar Ngantoro.
Dalam filosofis keagamaan Hindu, Karo merupakan peringatan tentang Pawedalan Jagad atau terwujudnya alam semesta, yakni unsur pemicu Kehidupan Purusa serta Prakerti. Dalam ajaran Hindu, Purusa dan Prakerti merupakan dua unsur pokok yang terkandung di dalam setiap materi di alam semesta. Bersifat kekal, halus, juga tidak dapat dipisahkan.
Jimat Klontongan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang berada di rumah kepala desa. Jimat Klontongan diantaranya, 8 buah sodor (batang bambu sepanjang 3 meter), 2 buah cepel (tempat air), 4 buah sarak (tanduk kerbau), 1 buah kendi, 2 pasang gayung, dan 1 buah celengan.
“Jimat Klontongan ini hanya bisa dikeluarkan, dan digunakan 1 tahun sekali yaitu pada saat Sodoran, momen hari raya Karo,” kata Ngantoro, Kepala Desa Jetak.
Baca juga: Streamer IShowSpeed Ngide Masak Corn Dog Pakai Susu, Hampir Jadi Bencana!
Sebanyak enam benda suci itu, lantas dimasukkan ke dalam dua pembungkus. Untuk cepel, sarak (tanduk kerbau), kendi, dan celengan dimasukkan dalam tumbun (keranjang). Dua buah gayung dimasukkan dalam kotak kayu persegi panjang. Sedangkan delapan buah Sodor tidak dimasukkan dalam pembungkus.
Jimat Kelontong Ini sebelum dilakukan penyucian terlebih dahulu, di lakukan selamatan di kediaman kepala desa yang menjadi tuan rumah puncak perayaan Hari Raya Karo dan Sodoran. Hal ini bertujuan agar semua warga Suku Tengger diberi keselamatan, kesehatan serta kemakmuran.
Jimat Kelontong sudah ada sejak jaman kerajaan, hal ini terbukti dari peninggalan sejarah berupa uang satak dan keterangan, uang jaman kolonial belanda hingga uang jaman sekarang. Uang yang ada dalam celengan merupakan bentuk sedekah dari tokoh adat Suku Tengger dari zaman ke zaman.
Itulah sekelumit uraian tentang Jimat Kelontong yang dimiliki warga umat Hindu Tengger dan keberadaannya harus tetap kita lestarikan sebagai bukti sejarah.