Hari Pahlawan: Ketika Para Santri Turut Berperang, Lebih Manut Kiai Ketimbang Pemerintah

- Rabu, 10 November 2021 | 09:49 WIB
Ilustrasi peran santri dalam pertempuran Surabaya 10 November 1945 melalui drama kolosal oleh PBNU Bnatul. (Youtube/PBNU Bantul).
Ilustrasi peran santri dalam pertempuran Surabaya 10 November 1945 melalui drama kolosal oleh PBNU Bnatul. (Youtube/PBNU Bantul).

Salah satu momen yang tak terlupakan di mata sejarahwan dalam peristiwa 10 November 1945 yang kini ditetapkan sebagai Hari Pahlawan adalah hadirnya para santri yang turut berjuang melawan kezaliman sekutu. Bersama para TKR, para santri ini maju ke medan laga untuk membebaskan diri dari ultimatum sekutu saat itu.

Selain Bung Tomo terdapat pula tokoh-tokoh berpengaruh lain dalam menggerakkan rakyat Surabaya pada masa itu, beberapa datang dari latar belakang agama.

Mengutip situ Kemenang Jawa Barat, semangat juang dan patriotisme arek arek Suroboyo dalam pertempuran Surabaya yang puncaknya pada 10 November tersebut  lahir dari semangat jihad yang digelorakan oleh kaum santri melalui resolusi jihad. Sejarah mencatat, pertempuran 10 November 1945 yang sangat heroik itu tidak akan pernah ada tanpa ada Resolusi Jihad yang diprakarsai oleh kaum santri di Kampung Bubutan, Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1945.

Pada tanggal 22 Oktober 1945, dua puluh hari hari sebelum Hari Pahlawan, KH Hasyim Asy’ari membacakan seruan yang berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan. 

Baca Juga: 10 Puisi Tentang Pahlawan yang Penuh Makna dan Bikin Haru

Dari situlah muncul semangat jihad yang luar biasa, muncul semangat nasionalisme yang tinggi dan mereka tampil sebagai garda terdepan dalam mempertahankan NKRI. Bagi Santri NKRI harga mati. 

Selain KH. Hasyim Asy'ari, nama KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan. Pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai atau ulama. Sehingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung alot, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. 

Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran ini mencapai waktu sekitar tiga minggu.

Hal inilah yang membuat banyak sejahrawan menyebutkan Hari Pahlawan dan Hari Santri merupakan satu paket yang tak bisa dipisahkan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB

5 Contoh Hak Siswa di Sekolah yang Kamu Harus Tau!

Kamis, 11 April 2024 | 09:10 WIB
X