Anak di Bawah Umur Ikut Unjuk Rasa, Ini yang Perlu Dilakukan Orangtua

- Kamis, 22 Oktober 2020 | 17:37 WIB
Anak di bawah umur mengikuti aksi tolak UU Cipta Kerja di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Selasa (13/10/2020). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Anak di bawah umur mengikuti aksi tolak UU Cipta Kerja di kawasan Patung Kuda, Jakarta, Selasa (13/10/2020). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Aksi demonstrasi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja tak hanya melibatkan mahasiswa dan para buruh. Namun juga banyak pelajar atau anak di bawah umur yang turut berpartisipasi.

Padahal, pada aksi unjuk rasa bisa saja berpotensi menimbulkan kerusuhan yang tentu saja membahayakan bagi anak-anak di bawah umur.

Menurut Psikolog Anak dan Keluarga, Astrid Wen, hal ini bisa dicegah dari orang-orang terdekat, terutama orangtua. Orangtua bisa memberi perhatian lebih kepada aktivitas keseharian anak, sehingga melihat tanda-tanda apabila anak berencana mengikuti aksi demonstrasi.

"Orangtua memang perlu memperhatikan jadwal keseharian anak. Anak pergi mau ngapain, juga ada komunikasi, sehingga orangtua tahu jadwal kegiatan sehari-hari anak ngapain," kata Astrid saat dihubungi Indozone, Kamis (22/10/2020).

Jika komunikasi antara orangtua dan anak bagus, mereka mungkin akan bercerita dengan orangtua sebelum mengikuti unjuk rasa. Kesempatan ini bisa dimanfaatkan oleh orangtua untuk menciptakan diskusi yang menarik dengan anak.

"Jadi kita terlibat dalam isu-isu yang menarik bagi anak. Isunya apa yang membuat mereka tertarik. Mereka beneran tahu nggak sih tentang UU Cipta Kerja," lanjut Astrid.

Founder Theraplay.id ini juga menyarankan sebaiknya orangtua jeli melihat isu-isu yang sedang diminati oleh anak remaja. Ini penting agar orangtua mengetahui pola pikir yang terbentuk pada sang anak.

"Sekadar mengetahui gambaran pola pikir anak remaja kita seperti apa, tanpa langsung menasehati. Untuk kita ingin tahu dulu anak-anak kita, bagaimana pandangan-pandangan dia," ujarnya.

Selain itu, komunikasi yang dibangun oleh orangtua dan anak remajanya juga harus secara terbuka. Hal ini berbeda dengan ketika orangtua memberi nasihat pada anak kecil.

"Kita secara terbuka, kalau (memberi nasihat) ke remaja nggak bisa seperti ngasih tahu ke anak kecil. Tapi sudah harus dikasih tahu data sama fakta. Jadi jangan cuma dari mulut kita, kadang kasih lihat lewat berita atau sumber yang terpercaya, jangan hoax. Jadi ngajarin anak memperhatikan informasi-informasi yang benar," tutup Astrid.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Terkini

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB

5 Contoh Hak Siswa di Sekolah yang Kamu Harus Tau!

Kamis, 11 April 2024 | 09:10 WIB
X