Gaya hidup nomaden alias berpindah-pindah, sudah ada sejak zaman purba. Beberapa suku di dunia juga masih melakoni gaya hidup ini. Salah satunya Yoruk, yang secara historis dikenal sebagai Turkmen.
Leluhur Yoruk berasal dari Asia Tengah. Sampai abad ke-19, ada ribuan Yoruk di wilayah Kekaisaran Ottoman, baik di Turki maupun Balkan. Tetapi, sekarang hanya tersisa puluhan keluarga yang rutin berpindah-pindah dan tinggal di dalam tenda. Umumnya mereka tinggal di Pegununungan Toros, Turki.
Museum Yoruk
Sejarah dan kehidupan Yoruk secara detail bisa kamu lihat di Yoruk Parki, Distrik Kemer, Provinsi Antalya, Turki. Museum terbuka ini dilengkapi patung peraga, serta berbagai benda dan replika barang yang digunakan suku Yoruk. Yoruk Parki mulai beroperasi 41 tahun lalu.
Museum berada di kawasan hutan kota, dengan lanskap pedesaan menghadap Mediterania atau Laut Tengah. Cukup membayar TL3 atau sekitar Rp2 ribu saja, kamu bisa menjelajahi museum sepuasnya.
Tinggal di Tenda-tenda
Dalam bahasa Turki, Yoruk berarti pengembara. Mereka hidup berkelompok dan tinggal di tenda-tenda yang ditenun dari bulu hewan ternaknya. Yoruk dipimpin kepala suku, yang mereka sebut Yoruk Bey.
Tenda Yoruk Bey jauh lebih besar dan nyaman dibandingkan anggota kelompoknya. Di sinilah tamu penting ditampung, dan pengambilan keputusan serta pertemuan penting berlangsung.
Suku Ramah Lingkungan
Yoruk dikenal sebagai suku yang menghargai lingkungan. Mereka memanfaatkan alam, tanpa merusaknya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka beternak kambing, karena mudah beradaptasi dengan medan pegunungan, berbatu dan terjal.
Susu kambing mereka olah menjadi keju dan mentega. Bulunya sebagian dijual di pasar, sisanya digunakan untuk membuat tenda, pakaian, bantal, karpet, tas ransum dan benda-benda lainnya. Untuk pewarna, mereka memanfaatkan tumbuhan dan akarnya. Beberapa produk tenun buatan suku Yoruk dijual di kota-kota dengan harga tinggi.
Budaya Makan Suku Yoruk
Suku Yoruk juga berburu, seperti memancing di sungai dan danau. Perburuan mereka hanya didasarkan pada kebutuhan energi saat itu, demi keseimbangan ekologi dan kelestarian lingkungan.
Karena hidup berpindah-pindah, suku Yoruk membawa banyak bekal makanan yang diangkut unta. Satu keluarga memiliki sedikitnya 10 unta. Bekal saat musim panas, biasanya makanan yang dikeringkan, seperti sup dan pasta. Saat musim dingin, mereka mengonsumsi daging rebus, daging panggang, nasi bulgur dan pastrami alias daging yang diasinkan.