Siapa yang tak kenal Abu Nawas? Pemilik nama lengkap Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami ini adalah salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik.
Lahir di kota Ahvaz di negeri Persia pada tahun 747 M, Abu Nawas adalah penyair yang digambarkan dengan sosok yang sangat bijaksana sekaligus kocak.
Puisi ataupun syair yang dibuat olehnya pun begitu cepat terkenal karena tidak berhubungan dengan tema-tema tradisional seperti tema padang pasir, tetapi berbicara tentang kehidupan kota dan menyanyikan kegembiraan meminum anggur dan cinta dari anak laki-laki muda dengan humor nakal.
Jika menilik dari puisi yang dibuatnya semasa muda, bisa disimpulkan bahwa dulunya ia adalah pemabuk berat. Seperti yang Indozone lansir dari Wikipedia, disebutkan bahwa ia sendiri dulunya menyukai kehidupan hura-hura dan berpesta pora.
Walaupun begitu, tetap saja syairnya tak tertandingi di zamannya. Bahkan dalam keadaan mabuk, ia tetap bisa membuat syair yang indah.
Hingga pada suatu ketika, ia pernah dipenjara lantaran membacakan puisi tentang Kafilah Bani Mudhar. Dia pun dihukum karena membuat Khalifah murka karena isi puisi itu sangat menyinggung sang Khalifah. Sejak saat itu, ia pun membuat syair yang religius di dalam penjara.
Salah satu syairnya yang paling terkenal hingga saat ini adalah Al I’tiraf (Sebuah Pengakuan). Berikut syairnya:
Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa ‘alaa naaril jahiimi
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil ‘azhiimi
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar
Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali
Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan
Wa ‘umrii naaqishun fii kulli yaumi wa dzambii zaa-idun kaifah timaali
Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Ilaahii ‘abdukal ‘aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da’aaka
Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjuu siwaaka
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?
Bagaimana, menggetarkan hati bukan? Bahkan syair ini dijadikan lagu oleh beberapa musisi ternama seperti Haddad Alwi, Alfina Nindiyani, Muzammil Hasballah hingga almarhum Ustad Jefri Al Buchori.