Alon-aloon Tulungagung yang biasanya sepi di hari kerja, mendadak ramai. Kamis (1/12/2022) lalu, ratusan orang memenuhi Aloon-aloon Tulungagung untuk senam bersama, pemeriksaan kesehatan hingga pemeriksaan VCT gratis.
Acara tersebut digelar untuk memperingati Hari AIDS Sedunia. Peringatan yang digelar oleh Dinas Kesehatan Pemerintahan Kabupaten Tulungagung ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat tentang HIV/AIDS, sekaligus mengajak masyarakat untuk menghentikan stigma negatif terhadap Orang Dengan HIV/ AIDS (ODHA).
Kegiatan tersebut mengundang ODHA yang sudah mau terbuka kepada masyarakat, salah satunya adalah keluarga Juni (46). Juni enggak sendirian, dia datang bersama dengan istrinya, Dwi (42) dan anaknya yang masih berusia 6 tahun. Ketiganya adalah ODHA yang sempat terpuruk dan hampir meninggal dunia, namun mereka bisa bangkit kembali dan menata hidupnya lagi.
Juni dan istrinya menikah pada 2010 dan baru mengetahui bahwa mereka positif terkena HIV pada 2017.
"Awalnya itu istri saya yang positif, kemudian beruntun saya yang positif, saat itu yang dirasakan kondisi tubuh itu panas dingin dan berat badan tinggal 28 kilo, ibaratnya tinggal tulang sama kulit," ujarnya.
Saat itu dunia serasa sudah tamat baginya, apalagi disaat bersamaan istrinya tengah hamil. Karena minimnya pengetahuan Juni terkait HIV/AIDS maka ia pun enggak langsung memeriksakan diri ke dokter dan hanya bisa mengeluh. Sehingga anaknya yang masih dalam kandungan juga terinfeksi.
"Akhirnya anak saya juga terinfeksi, sampai saat itu belum tahu pengobatan, kemudian sama puskesmas diarahkan untuk dapat ARV di rumah sakit," ucapnya.
Juni mengaku bahwa apa yang dialaminya sangat berat, apalagi saat warga sekitar dengan sengaja memilih membuang nasi berkat yang dihidangkan oleh keluarganya dalam acara syukuran yang diadakan di rumahnya. Namun kini pemahaman masyarakat sekitarnya sudah mulai berubah, bahkan mereka sudah memahami dan menerima keadaannya sebagai ODHA.
"Dulu Mas, saya ada hajatan di rumah gitu, nasinya langsung dibuang sama tetangga, kemudian lambat laun mulai ada perubahan. Apalagi saat dinas kesehatan ke rumah kami dan makan bareng bersama kami, sehingga masyarakat tahu bagaimana HIV bisa menular, bukan lewat makanan atau minuman tapi lewat hubungan badan dan transfusi darah," jelasnya.
Baca Juga: Makam Daris, Berada di Atas Bukit Rutin Dikunjungi Pejabat Tulungagung Setahun Sekali
Kini Juni memilih untuk menjadi jembatan bagi warga dan masyarakat sekitarnya untuk tidak takut berobat dan tidak minder jika divonis positif HIV AIDS.
Ia pun rajin memberi penyuluhan, agar stigma negatif pada ODHA hilang di tengah masyarakat.
Artikel Menarik Lainnya:
Pangek Kacang Panjang Khas Minang Wajib Dibawa Saat ke Rumah Mertua, Ini Resepnya