Memiliki julukan Kota Batik, Solo tentu punya sentra pengrajin batik, yaitu Kampung Batik Laweyan. Namun, kamu sudah tahu belum kalau ada batik teknik patchwork? Mungkin beberapa dari kalian pernah mendengar teknik ini, namun seberapa banyak peminatnya? Bagaimana cara membuatnya? Simak selengkapnya di bawah ini yuk!
Batik teknik patchwork di wilayah Solo Raya dinamakan batik cap smoke. Menurut Sinambrela Sinuraya, pengusaha batik dari Fajar Indah Solo, pecinta batik patchwork makin lama makin banyak penggemarnya. Namun di Solo Raya sendiri, belum begitu banyak yang membuatnya.
"Maka dari itu, kami WNB Productions ingin mengajak kepada para pecinta batik maupun orang-orang yang kreatif, untuk membuat batik patchwork ini. Selain mengadakan pameran, kami juga mengadakan pelatihan," kata Sinambrela.
Pesertanya untuk tahun ini luar biasa banyak. Ada 8 kelas yang diikuti, satu kelas dari Singapura dan 7 kelas lainnya dari berbagai kota di Indonesia. Banyak orang yang mengartikan teknik patchwork ini sebagai perca, padahal bukan lho.
Dan dugaan lainnya, orang luar negeri tahunya batik patchwork itu buatan dari Bali yang biasa kita sebut batik embos. Di Solo Raya, sudah banyak yang membuat batik patchwork ini meski banyak juga yang belum familiar. Kain yang digunakan biasanya katun dari Jepang atau batik Bali.
Untuk batik ini biasanya menggunakan pola atau pattern Quiltwork (perusahaan quilting Amerika). Wiwik Winarni, Certified Instructor dari Quiltwork yang berasal dari Bekasi mengatakan perkembangan patchwork dan quilting di Indonesia dalam 20 tahun terakhir mengalami perkembangan cukup menggembirakan.
Ibu dua anak ini menceritakan, ia mulai terjun ke patchwork mulai tahun 2000. Saat itu, ia memutuskan berhenti bekerja untuk mengurus keluarga dan anak-anaknya. Disela-sela kegiatannya, Wiwik belajar menjahit perca awalnya. Ia belajar dari ibunya, setelah itu ia menaikkan skill-nya dengan cara belajar dari buku, internet, dan pada 2016 ia mengambil sertifikat di Australia.
Dari keahliannya tersebut, Wiwik sudah berulang kali keliling ke beberapa kota untuk memberi pelatihan membuat batik patchwork. Misalnya dalam selembar kain ukuran 2,5 x 2,5 m² akan menghasilkan beberapa pola. Untuk membuat satu pola saja, perajin harus menjahit hingga 40 kali. Kalau ditotal bisa mencapai ribuan kali menjahit, yang hasilnya sangat rapi.
Untuk ukuran segitu, Wiwik mengaku membutuhkan waktu 3 minggu sampai satu bulan. Namun enggak semua hasil karyanya dijual. Ada juga yang diberikan untuk kerabat sebagai hadiah.
Kalau ada yang membeli, harga sesuai kesepakatan. Karena menurutnya, batik patchwork adalah karya seni yang enggak bisa dihitung dengan kalkulasi matematika. Tapi Wiwik ngasih bocoran nih, kalau selembar kain batik dengan teknik patchwork harganya bisa jutaan rupiah, guys!
So, tertarik untuk membuat sendiri batik patchwork?
Artikel Menarik Lainnya:
- Mengejutkan! WNI Ungkap Sisi Lain Amerika, Banyak Tunawisma Hidup di Dekat Kantor Presiden
- Belajar Meracik Teh Bunga Kering ala Bangsawan Jepang di Walini By Me: Hangat dan Sehat
- Keren! Warga Indonesia Menjadi Volunteer Piala Dunia 2022 Qatar, Intip Proses Pelatihannya
- Pernikahan Unik di Ponorogo: Pengantin Mengibarkan Bendera Merah Putih, Nasionalis Banget!
- Resep Fettucini Biru, Inovasi Sajian Unik untuk Penggemar Pasta, Rasanya Khas Italia!
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.