Hari Bahagia Sedunia: Setiap Orang Punya Definisi Sendiri, Bahagia Bukan Hanya Soal Materi

- Minggu, 20 Maret 2022 | 09:11 WIB
Ilustrasi berbahagia (Unsplash/urbazon)
Ilustrasi berbahagia (Unsplash/urbazon)

Hari Bahagia Sedunia atau International Happiness Day diperingati setiap 20 Maret tiap tahunnya. Peringatan pentingnya kebahagiaan ini digagas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 2013.

Hal ini dilakukan untuk membuat orang sadar akan pentingnya hidup bahagia. Menyadari bahwa faktor penentu kebahagiaan bukan sekadar berapa jumlah uang atau kekayaan yang dimiliki melainkan bahagia dengan definisi sendiri-sendiri.

“Setiap orang memiliki definisi kebahagiaan mereka sendiri, atau hal-hal yang membuat mereka bahagia, itulah sebabnya tidak ada tradisi yang ditetapkan untuk hari ini. Kebahagiaan adalah tentang merasa puas dan tidak harus memalsukan perasaan Anda, jadi apa pun yang membuat Anda bahagia, lakukanlah!”  bunyi keterangan International Day of Happiness 2022 di laman Nationaltoday yang dikutip Indozone Minggu (20/3/2022). 

Sejarah Hari Bahagia Sedunia

Sebelumnya Hari Bahagia Sedunia atau Kebahagiaan Internasional pertama diperingati pada tanggal 20 Maret 2013. Kampanye mengenai hari itu dipopulerkan oleh penasihat PBB Jayme Illien yang memperkenalkan gagasan tersebut pada konferensi PBB pertama tentang Kebahagiaan pada 12 Juli 2012.

Kemudian Ndaba Mandela dan Chelsea Clinton meluncurkan peringatan pertama pada Maret 2013 di sebuah konferensi di New York City. Lalu pada 2015, PBB meluncurkan 17 faktor pengembangan berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan, mengurangi ketidakadilan, dan melindungi bumi. Mereka yakin bahwa tiga aspek tersebut akan membantu mencapai kebahagiaan manusia di seluruh dunia.

Program berkelanjutan itu pun membuat PBB merilis laporan negara-negara paling bahagia di dunia.

"Hari Bahagia Sedunia lebih dari sekadar perayaan yang menyenangkan. Hari ini juga mengingatkan kita bahwa dunia akan jadi tempat yang lebih baik ketika kita terkoneksi bersama dan peduli pada orang di sekitar kita," ujar Mark Williamson, direktur Action for Happiness, sebuah gerakan untuk meningkatkan kebahagiaan komunitas dan mental.

Tema tahun ini

Adapun tema konferensi tahun ini adalah 'Bangun Kembali Lebih Bahagia', dan akan fokus pada pemulihan global dari pandemi COVID-19. Di mana PBB mengajak masyarakat dari seluruh dunia untuk bangkit dan menyadari bahwa kebahagiaan bisa didapatkan dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita setiap harinya.

Kebahagiaan bisa muncul dari hal-hal sederhana dan tika selalu berhubungan dengan materi. Namun sayangnya, di Indonesia sendiri masyarakat masih menganggap tolak ukur kebahagiaan adalah dari seberapa banyak materi.  

Hal ini berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Wall's Indonesia dalam The Happines Project yang menunjukkan bahwa sekitar 80 persen masyarakat Indonesia memiliki pandangan bahwa aspek-aspek materialistis menjadi faktor penting yang berkontribusi terhadap kebahagiaan mereka.

"Survei ini dilakukan dengan responden 2.143 orang, dan 81 persen dari mereka sudah memiliki anak. Ternyata semua orang ingin bisa bahagia, tapi mereka tidak mengetahui bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan," kata Psikolog Klinis Ratih Ibrahim pada webnar The Happiness Project, Jumat (18/3/2022).

Temuan ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, sejak maraknya penggunaan media sosial, masyarakat berlomba-lomba untuk melakukan flexing alias pamer harta. Sehingga, secara otomatis terbenak bahwa seseorang bisa bahagia jika memiliki rumah yang bagus, pakaian mahal, mobil yang banyak, dan sebagainya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X