Berkaca dari Kasus ABG Bunuh Bocah, Jangan Salahkan Film Horor

- Senin, 9 Maret 2020 | 18:00 WIB
Ilustrasi film Chucky. (YOUTUBE)
Ilustrasi film Chucky. (YOUTUBE)

Kasus pembunuhan bocah (5) oleh ABG NF(15) di Sawah Besar, Jakarta Pusat masih terus di dalami pihak kepolisian. Sejauh ini, pelaku membunuh korban karena terinspirasi dari film horor favoritnya. 

Tersangka NF mengaku ada 2 film horor favoritnya yang sering ditonton, yakni film Chucky dan Slender Man. Kedua film ini kerap menampilkan adegan horor dan menyakiti orang, terutama anak-anak. 

Bahkan NF merasa puas dan tidak menyesal setelah melakukan pembunuhan terhadap bocah 5 tahun itu. Kasus ini pun masih terus berlanjut dan polisi perlu memeriksa kondisi psikologis NF lebih dalam. 

Berkaca dari kasus tersebut, film horor yang kerap menunjukkan aksi kekerasan disebut-sebut sebagai penyebabnya. Lantas bagaimana jika dilihat dari kacamata Psikolog? 

"Jangan pernah nyalahin orang luar, jangan nyalahin film horor. Kok bisa anak-anak nonton film horor tanpa pengawasan? Itu berarti sengaja dibuat menjadi tumbuh dengan kepribadian pendendam, keras, kepribadian untuk menghancurkan," ungkap Psikolog Tika Bisono saat dihubungi Indozone, baru-baru ini. 

Bicara soal kepribadian remaja alias ABG, lanjut Tika, ketidakstablian psikologis itu adalah hal yang wajar. Remaja memang waktunya dia untuk berkembang dan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada fase ini, pola asuh sangat punya peranan penting. 

Ada sejumlah faktor yang memengaruhi kepribadiannya ini cenderung mengarah ke psikopat. Sebab saat diperiksa, NF merasa tidak menyesal telah melakukan perbuatan keji itu. 

-
Barang bukti dari kepolisian (Indozone/M.Fadli)

Dari sejumlah barang bukti yang dikumpulkan kepolisian, ditemukan gambar-gambar gelap, bahkan gambar orang diikat. Gambar ini sudah ada sebelum dia melakukan pembunuhan terhadap bocah 5 tahun tersebut. 

"Ada gambar dengan tema-tema gelap, mungkin itu mewakili kondisi dirinya. Mungkin anak ini enggak pernah disayang, enggak pernah disentuh, mungkin akhirnya membentuk emosi marah dan sebagainya. Proyeksi emosi bisa sangat terjadi. Keinginan untuk menyakiti mungkin iya, tapi mikir konsekuensi kalau ingin membunuh orang, aku enggak yakin. Perlu banyak observasi dan konseling," tutupnya.  
 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB
X