Namanya Joko Sudibyo, saat ini berada di London, Inggris, karena baru saja meraih gelar Master of Arts di University of Roehampton, London, Inggris. Pemuda asal Yogyakarta ini merupakan penyandang beasiswa Erasmus yang mengharuskannya kuliah di 4 Universitas di Eropa.
Selain University of Roehampton International London, Inggris, tiga universitas lainnya ialah University of Szeged (Hungaria), NTNU-Norges Teknisk-Naturvitenskapelige (Norwegia) Universitet dan Université Clermont Auvergne (Prancis).
Beasiswa bergengsi itu didapat Joko, panggilannya berkat hobi tari yang ia geluti sejak kecil. Sampai akhirnya Joko menjadi penari profesional dan membawanya keliling dunia. Total, lebih dari 25 negara sudah Joko sambangi berkat menari.
“Kalau negaranya sudah tak ingat lagi, tapi seberapa sering, sekitar 25 kali,” ujar Joko kepada Tim Z Creators, Rosi Meilani.
Dari media sosial Joko, Rosi mengetahui kalau Joko pernah ke Portugal, Australia, Belanda, Kazakhstan, Prancis, Taiwan, Rusia, dan masih banyak lagi.
Sambil ngobrol santai dengan Rosi, Joko menceritakan awal mula dirinya nyemplung di dunia tari.
Bakat tari dari sang ayah
Seni tari menjadi bagian dari hidup Joko, salah satunya karena sang ibu menginginkan satu di antara keenam anaknya bisa menari. Entah apa alasannya. Mungkin karena ayah Joko pernah berprofesi sebagai penari wayang orang keliling.
Dari kelima kakaknya, Joko-lah yang meneruskan garis seni itu. Joko kecil rutin pentas di pagelaran sendratari di panggung terbuka Ramayana Ballet Candi Prambanan. Di bawah arahan sanggar tari Sekar Puri, sejak kelas 3 SD Joko sudah punya uang sendiri dari menari.
Untuk mengasah skill menarinya, selepas SMP Joko masuk ke Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Yogyakarta jurusan Seni Tari. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan lulus dengan Cumlaude.
Prestasi demi prestasi ditorehkan oleh Joko. Semasa kuliah ia dan teman-temannya sempat meramaikan Indonesia’s Got Talent dengan grup tarinya, Pragina Gong, hingga masuk grand final. Dalam masa itu pula ia sering meramaikan panggung tari, wara-wiri ke luar negeri. Baik untuk menari, seminar, workshop dan sebagainya.
Sempat menjadi guru
Lulus kuliah Joko menjadi guru. Enggak tanggung-tanggung, Joko mengajar di Myanmar. Setelah menjadi guru selama 5 tahun, ia kemudian menjadi wakil kepala sekolah hampir 3 tahun. Merasa telah cukup berkecimpung di dunia pendidikan, Joko pulang ke Indonesia dan mencoba mencari beasiswa di luar negeri.
Keberuntungan berpihak padanya, hingga akhirnya ia mendapat beasiswa Erasmus melalui program Choreomundus yang mengharuskan Joko kuliah di empat kampus di empat negara Eropa, Hungaria, Norwegia, Prancis dan Inggris.
Hidup dari menari
Rosi sempat menanyakan satu hal yang membuatnya penasaran. Memang menari bisa menopang hidup?
“Buktinya saya bisa sampai ke tahap ini. Berpenghasilan selagi muda, bisa kerja dan wara-wiri ke luar negeri, dapat beasiswa,” terang pria yang halus bertutur kata ini.