Berdasarkan hasil survei dari Kaspersky yang bertajuk Mapping a secure path for the future of digital payemnts in APAC 2021, hampir satu dari dua orang atau sekitar 45 persen orang di Asia Tenggara kehilangan uang karena jadi korban penipuan kencan online.
Adapun jumlah kerugian akibat kencan online tersebut yaitu kurang dari 100 dolar AS atau sekitar Rp1,4 juta. Rata-rata penduduk Asia Tenggara yang pernah jadi korban penipuan dengan jumlah uang tersebut yaitu 22 persen.
Berdasarkan temuan perusahaan keamanan siber itu, hampir dua dari lima orang di kelompok usia paling senior pernah kehilangan antara karena ditipu teman kencan online.
Sementara itu, sebagian kecil atau 8 persen generasi Z pernah tertipu lebih dari 10.000 Dolar AS karena kencan online.
Baca juga: Benarkah Cari Jodoh Lewat Aplikasi Kencan Online Bisa Mempengaruhi Kesehatan Mental?
Diungkapkan oleh Kaspersky, penipuan kencan online meningkat sejak tahun 2020 saat pandemi. Sebab, semua kegiatan selama pandemi harus menggunakan internet, termasuk untuk sekadar bersosialisasi.
Adapun ciri-ciri yang ditemui pada pelaku penipuan kencan online yaitu mereka biasanya menunjukkan emosi yang kuat dalam waktu singkat. Mereka juga cepat sekali beralih dari aplikasi kencan ke saluran pribadi.
Mereka biasanya ingin lebih cepat mengetahui banyak hal tentang korban agar semakin mudah memanipulasi korban. Ironisnya, penipu kencan online seringkali memberi cerita yang tidak konsisten tapi tak ada jejak digitalnya.
Adapun alibi yang digunakan penipu kencan online ini yaitu saat meminta uang mereka akan 'menjual' cerita kesulitan pribadi, misalnya keluarga yang sedang sakit atau bisnis yang bangkrut.
Jika kamu bertemu dengan orang seperti itu, kamu seharusnya sudah tahu haru mengambil langkah yaitu untuk tidak melanjutkan hubungan.
