Banyak orang Indonesia menjadi tenaga profesional di Inggris, mulai dari polisi, ahli pesawat terbang hingga dosen. Salah satunya adalah Dono Widiatmoko yang menjadi dosen di Negeri Elizabeth tersebut.
Dono adalah lulusan S1 Universitas Indonesia jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang kemudian melanjutkan pendidikan S2 University of York, Inggris.
Dono bercita-citanya menjadi pegawai negeri sipil atau PNS. Sayangnya di hari H wawancara CPNS, bentrok dengan jadwal penelitian di luar kota bersama mentornya yang ia hormati. Secara otomatis kesempatan menjadi PNS pada 1999 gagal.
Gagal menjadi PNS, pria yang kini bermukim di Manchester tersebut akhirnya bekerja sebagai konsultan bisnis. Dua tahun menjadi konsultan, passion-nya di bidang akademisi kembali memanggil.
Setelah mencari beasiswa di Inggris, ia akhirnya kembali ke Inggris untuk meneruskan studi S3 pada 2001. Selanjutkan pada 2004 Dono mengawali karirnya di Inggris sebagai Research Fellow in Health Economics and Statistics di University of Hertfordshire.
Pada 2007 menjadi Senior Lecturer, Award Leader for MSc Public Health di University of Wolverhampton. Di tahun yang sama pindah ke University of Salford, dengan posisi yang sama, yaitu senior lecture.
Setelah itu, pada 2012 ia pindah ke Teesside University sebagai Senior Lecturer in Evidence-Based Practice and Health Economics. Tiga tahun menjadi dosen di Teesside University, pada 2005 ia mendapat tawaran pekerjaan di sebuah perusahaan farmasi multinasional.
Menariknya, tawaran pekerjaan itu berlokasi di Jakarta yang merupakan tempat kelahiran Dono. Bapak tiga anak tersebut kemudian pindah ke Jakarta dan menjalani kehidupan baru.
Meski sudah berada di Tanah Air, panggilan jiwa Dono untuk mengajar terus muncul. Pada 2019 Dono memutuskan kembali ke Inggris untuk menjadi dosen senior di University of Derby. Jadi total, Dono mengajar di lima universitas di Inggris dan satu di Indonesia, UI.
Dalam meniti karir sebagai dosen, Dono enggak pernah mendapatkan rekomendasi dari teman sejawatnya. Ia hanya mengambil peluang yang ada dengan penuh percaya diri.
“Intinya dunia ini penuh dengan kompetisi. Di setiap satu lowongan pekerjaan, kompetitornya pasti banyak. Pengalaman saya, dari semua lowongan pekerjaan itu, pertama saya harus percaya diri. Saya yakin, bisa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tersebut,” ujar Dono kepada Tim IDZ Creators.
Selain memanfaatkan peluang yang ada, menurut Dono kunci kesuksesannya adalah punya nilai lebih dbandingkan pesaingnya. Saat ini, ada sekitar 40 orang Indonesia yang berprofesi sebagai dosen di Inggris. Padahal awal Dono merintis karir hanya sekitar 10 orang yang menjadi dosen.
Masih menurut Dono, dunia akademik reputasi sangat penting. Hal tersebut bisa ditampilkan lewat kemampuan publikasi, research, dan penelitian. Di samping itu, passion juga menentukan apakah karir tersebut cocok dengan diri sendiri atau justru tidak.
“Dibandingkan dengan dosen lain kalau saya sendiri, saya punya passion di sini. Semangat, minat, percaya bahwa apa yang saya lakukan ini bermakna untuk mahasiswa, dunia pendidikan, negara, bahkan lebih luas lagi buat dunia, bukan cuma CV yang tertulis,” imbuh Dono.