Virus Marburg menjadi kekhawatiran kesehatan global karena angka kematiannya mencapai 89 persen. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah memantau perkembangan virus Marburg di Guinea, Afrika Barat.
Laporan dari WHO, saat ini penyebaran virus hanya terjadi di Guinea. Meski demikian, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tetap melakukan pemantauan terhadap potensi virus Marburg masuk ke wilayah Indonesia, melalui pelaku perjalanan dari Afrika.
Baca juga: WHO Laporkan Wabah Virus Marburg di Afrika, Dokter: Berpotensi Pandemi dan Mematikan
"Kalau ada riwayat perjalanan, untuk diminta melapor ke fasilitas kesehatan, ketika masuk negara kita," jelas Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi, Rabu (22/2/2023).
Lebih lanjut dr Nadia mengimbau, pelaku perjalanan dari Afrika mewaspadai gejala virus Marburg seperti demam, nyeri otot, hingga diare. Jika ditemukan gejala tersebut, Kemenkes akan melakukan uji sampel untuk melakukan genome sequencing.
Baca juga: WHO Sebut Ada Kemunculan Kasus Virus Marburg, Mirip dengan Ebola
dr Nadia meyakini, penyebaran virus Marburg tidak semudah COVID-19. Bahkan Indonesia dan negara-negara tetangga tidak memiliki riwayat virus Marburg.
"Penularannya tidak mudah, lewat cairan tubuh. Jadi air liur, jadi makanya tidak terlalu khawatir lewat saluran pernapasan," pungkasnya.
Artikel Menarik Lainnya: