Banyak Masyarakat Salah Kaprah Baca Hasil Rapid Test, Kenapa?

- Jumat, 12 Juni 2020 | 13:03 WIB
Petugas medis melakukan rapid test COVID-19 kepada pengemudi angkutan umum di halaman Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (20/4/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)
Petugas medis melakukan rapid test COVID-19 kepada pengemudi angkutan umum di halaman Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (20/4/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)

Rapid test atau tes cepat merupakan salah satu cara skrining agar kasus Covid-19 dapat segera ditemukan. Sekarang ini sudah banyak fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan rapid test. Masyarakat yang ingin mengetahui kondisi tubuhnya bisa mengakses layanan tersebut secara mandiri.

Namun ada pemahaman yang salah kaprah di masyarakat terkait hasil rapid test. Banyak masyarakat yang sering mengatakan dirinya negatif Covid-19 setelah melakukan rapid test. Padahal, rapid test bukan tes untuk menentukan seseorang terinfeksi virus corona.

Rapid test digunakan untuk mendeteksi antibodi yaitu IgM dan IgG. Antibodi tersebut diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus corona. Oleh karenanya antibodi baru muncul jika ada paparan virus corona. Akan tetapi, antibodi biasanya baru muncul tujuh hari setelah tubuh terinfeksi virus.

Dalam rapid test, bila ditemukan antibodi maka hasilnya reaktif. Sedangkan apabila tidak ditemukan hasilnya non reaktif. Banyak masyarakat yang suka salah membaca hasil tes tersebut. Sebagian besar mengatakan hasilnya positif atau negatif.

-
Petugas medis melakukan rapid test COVID-19 kepada pengemudi angkutan umum di halaman Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (20/4/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)

“Hasil rapid test itu adanya dua, reaktif dan non reaktif. Tidak ada hasil rapid test Covid-19 yang menyatakan positif, karena itu jangan pernah menyebut seseorang positif Covid-19 hanya karena hasil rapid test reaktif,” kata akademisi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, dr. Tonang Dwi Ardyanto,SpPk., Phd.

Lebih lanjut dirinya menerangkan, hasil rapid test reaktif belum tentu mengindikasikan seseorang terinfeksi Covid-19. Begitu juga sebaliknya, hasil rapid test non reaktif bukan berarti orang tersebut bebas dari infeksi virus corona. Bisa jadi saat melakukan rapid test antibodi belum keluar.

Rapid tes disebut skrining, bukan diagnosis pasti. Untuk bisa menyebut positif atau negatif, harus dengan PCR. Setiap pasien diambil swab dua kali,” kata dr Tonang.

Dirinya menambahkan, seseorang disebut positif Covid-19 bila minimal pada salah satu swab ditemukan virus corona. Meskipun pada sampel swab yang lain ternyata negatif, kesimpulannya tetap positif. Sedangkan pasien disebut negatif bila pada kedua swab tidak ditemukan virus covid-19.

“Maka kalau ada hasil PCR yang negatif tapi baru dari salah satu sampel, belum bisa disimpulkan, harus menunggu hasil sampel kedua. Mari dikoreksi bersama hasil rapid tes adalah reaktif dan non reaktif. Hasil test PCR positif dan negatif,” pungkas dr Tonang.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X