Vaksin Booster Ada Heterolog dan Homolog, Ada Dosis Setengah dan Penuh, Mana Paling Aman?

- Selasa, 18 Januari 2022 | 19:22 WIB
Ilustrasi seseorang divaksin booster. (Antara/Aprillio Akbar)
Ilustrasi seseorang divaksin booster. (Antara/Aprillio Akbar)

Pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dan vaksinasi pun terus berlanjut. Tak cukup sampai dua kali, pemerintah kini mengimbau masyarakat untuk menerima suntikan vaksin ketiga atau tren disebut 'booster'.

Di tengah ramainya imbauan itu, kini beragam jenis vaksin booster serta dosis dan jenis yang direkomendasikan untuk diberikan kepada warga.

Untuk dosis vaksin booster, setengah garis besar ada dua macam, yakni dosis penuh dan dosis setengah. Sedangkan untuk jenisnya, ada homolog dan ada heterolog.

Lalu, jenis vaksin booster mana yang paling aman?

-
Tangkapan layar varian vaksin booster yang sudah berizin penggunaan darurat (EUA) dari BPOM RI. (ANTARA/Humas BPOM RI)

Menurut Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, yang paling aman adalah vaksin booster heterolog setengah dosis karena memberikan perlindungan ganda.

"Vaksin heterolog ini sudah banyak penelitiannya di luar negeri dan kenapa ini menjadi preferensi, karena memberikan 'multiple protection', jadi jenis antibodi yang kemudian disuntik booster heterolog menjadi akan lebih kaya dibandingkan dengan kalau itu homolog," kata Budi, saat hadir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Selasa (18/1/2022).

Budi bilang, Amerika Serikat adalah negara yang telah meneliti serta menerapkan pemberian setengah dosis Moderna. 

"Karena memang Moderna Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI)-nya tinggi. Jadi kita melihat bahwa diberikan setengah dosis akan jauh lebih aman," jelasnya.

Budi mengatakan kebijakan setengah dosis booster heterolog juga mempertimbangkan rekomendasi dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan uji klinik dari konsorsium profesor Universitas Padjadjaran dan Universitas Indonesia, serta sudah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Setelah kita lihat, rata-rata kalau vaksin primer itu mungkin 100-200 sudah tinggi sekali titer antibodinya. Begitu dia disuntik booster setengah dosis, itu naik ke level 7.500 sampai 8.000. Kalau kita ingat plasma konvalesen itu memberikan proteksi di level 250," katanya.

Pemberian dosis penuh vaksin booster, kata Budi, menambah interval peningkatan titer antibodi rata-rata 500. "Jadi kita melihat kalau sudah memberikan proteksi jauh di atas itu, beda 500 tidak terlalu signifikan," katanya.

Alasan berikutnya adalah kemudahan operasional dari para vaksinator di lapangan dalam memilih takaran dosis vaksin booster.

"Kita juga melihat dari isu operasionalnya, jadi kalau ada yang vaksin heterolog ini setengah dosis, tapi ada juga yang satu dosis, kita lihat di operasionalnya akan lebih sulit," katanya.

Artikel Menarik Lainnya:

Tunggu Surat Presiden Jokowi, Pembahasan RUU TPKS Ditargetkan Selesai pada Februari

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X