Lagi Tren Self-Diagnosis Kesehatan Jiwa di Kalangan Muda, Ini Bahayanya Menurut Psikolog

- Minggu, 23 Januari 2022 | 16:54 WIB
Ilustrasi seseorang dengan gangguan jiwa. (Pexels)
Ilustrasi seseorang dengan gangguan jiwa. (Pexels)

Dalam beberapa tahun belakangan, sedang tren tindakan 'self-diagnosis' kesehatan mental atau jiwa di kalangan remaja atau anak-anak muda. Mereka mendiagnosa diri mereka sendiri dan mengunggahnya melalui akun media sosial mereka.

Namun, tindakan self-diagnosis dalam takaran dan keadaan tertentu tidak baik dan dianjurkan untuk dihindari.

Psikolog dari Universitas Indonesia Kasandra A. Putranto menyebut bahwa tindakan self-diagnosis berbahaya bagi kesehatan mental karena kekhawatiran yang tidak perlu dapat mengembangkan gangguan kecemasan.

-
Psikolog dari Universitas Indonesia Kasandra A. Putranto (Instagram @a.kasandraputranto)

"Mendiagnosa diri sendiri juga dapat membuat seseorang tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat," ujarnya, seperti dikutip dari Antara, Minggu (23/1/2022).

Masalah lain yang bisa lebih serius dari tindakan self-diagnosis adalah orang tersebut menjadi tidak terdiagnosis karena terlalu fokus pada penyakit atau gangguan yang belum tentu diderita.

"Dengan mendiagnosa diri dengan penyakit atau gangguan yang tidak tepat, dia akan mencari treatment yang tidak tepat pula. Hal itu juga bisa menyebabkan masalah lain tidak terdiagnosis, misalnya dia tidak sadar kalau punya komorbid," ujar Kasandra.

Untuk itu, Kasandra mengatakan pentingnya menghindari self-diagnosis dengan langsung konsulitasi kepada psikolog atau psikiater dan menyampaikan keluhan yang dirasakan agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

"Boleh riset dari sumber terpercaya, namun jangan terpaku pada satu jawaban dan tetap konsultasi pada orang yang tepat," kata Kasandra.

Ada pun tanda-tanda seseorang harus segera menemui psikiolog atau psikiater adalah ketika sudah mengalami kesulitan dalam mengontrol emosi dan tidak dapat bekerja atau melaksanakan tanggung jawab dengan efektif, mengalami gangguan pada pola tidur dan nafsu makan, mengalami trauma, tidak lagi menikmati aktivitas yang biasanya disukai, atau merasa kesulitan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.

"Kemudian juga saat sedang berduka atau merasa ingin memperbaiki diri tetapi tidak tahu bagaimana cara memulainya. Apalagi ketika individu sudah menggunakan obat-obatan atau seks sebagai cara coping, silakan konsultasi," imbuh Kasandra.

Pesan Marshanda

-
Marshanda tersenyum ceria. (Instagram @marshanda99)

Pesan yang sama juga datang dari Marshanda, selebritas yang pernah mengalami gangguan mental bipolar.

"Self diagnosis enggak boleh dilakukan, itu harus dilakukan oleh profesional," katanya, dalam sesi bincang-bincang live Instagram "Self Awareness for Better Mental Health" dari Ms Learning & Grow pada Sabtu (9/10/2021).

Marshanda sendiri mengaku dia sudah didiagnosa bipolar sejak usia sekira 15 tahun. Sebelum usia 15, Marshanda mengaku kehidupannya baik-baik saja.

"Aku mulai modelling, syuting iklan dan fashion show di umur lima tahun , lalu umur 11 aku syuting 'Bidadari', aku tuh anak yang bahagia banget, aku cinta hidup, aku sangat suka syuting, suka sekolah. Suatu hari di usia 15 tahun, aku didiagnosa punya mental illness dari psikiater. What? Selama ini aku sudah perform di sekolah di syuting, aku bahagia, terus aku sakit jiwa? It was shocking," kata Marshanda yang sempat menyangkal kondisinya sampai empat tahun setelah didiagnosa itu.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X