Banyak Millennial dan Gen Z Nge-Vape, Benarkah Lebih Aman dari Rokok Konvensional?

- Minggu, 15 Januari 2023 | 09:45 WIB
Ilustrasi vape. (FREEPIK/prostooleh)
Ilustrasi vape. (FREEPIK/prostooleh)

Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc, turut prihatin dengan angka perokok elektrik atau vape pada usia muda.

Dari survei yang dilakukan Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2021, prevalensi perokok elektrik naik dari 0,3 persen pada tahun 2011 menjadi 3 persen pada tahun 2021. Dari survei tersebut ditemukan, prevalensi perokok remaja usia 13-15 tahun juga mengalami peningkatan sebesar 19,2 persen.

Baca juga: Respons BPOM Terkait Penemuan Polietilen Glikol dalam Vape

Menurut dr Erlina, masyarakat merokok elektrik karena beberapa faktor. Pertama karena rasa penasaran sehingga ingin mencoba, kedua karena merasa menjadi lebih keren karena mengikuti tren yang ada, dan ketiga karena merasa rokok elektrik tidak berbahaya.

"Dan sekarang usianya juga sudah semakin rendah. Jadi sebagai dokter semakin khawatir karena usia perokok semakin turun, makin rendah," jelasnya dalam keterangan secara daring, Sabtu (14/1/2022).

Percobaan merokok di kalangan remaja mungkin terjadi karena melihat orang tuanya di rumah merokok. Kemudian banyak remaja yang merasa kadar nikotin rokok elektrik lebih rendah dibandingkan rokok konvensional, sehingga dianggap tidak berbahaya.

-
Ilustrasi seorang pria nge-vape. (FREEPIK/master1305)

"Fakta mengatakan kandungan nikotin maupun zat-zat toksik lebih rendah dibandingkan rokok biasa, itu faktanya memang demikian. Tetapi fakta ini membuat orang terjebak terperangkap dengan kemudian menghisapnya lebih sering," tambahnya.

Baca juga: Waspada! Selain Obat Sirup, Peneliti Ungkap Vape Juga Mengandung Polietilen Glikol

Lebih lanjut dr Erlina memaparkan, rokok elektrik mengandung kadar nikotin sekitar 14,8 hingga 87,2 mg/ml per cairan. Sementara menurut analisa Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), dalam 100 cc hisapan rokok terdapat 26,8 hingga 43,2 mikrogram nikotin.

"Saat seseorang menghirup 30 kali hisapan itu, bisa mencapai kadar nikotin 1 mg. Ini sama seperti yang dihantarkan satu rokok konvensional, kita tahu orang menghirup (rokok elektrik) berkali-kali," bebernya.

Toksisitas rokok elektrik pada tubuh penggunanya bisa berdampak buruk pada kesehatan dan kualitas hidup, salah satunya terjadinya peradangan di paru-paru atau inflamasi.

"Ujung-ujungnya dapat menimbulkan inflamasi atau peradangan di paru, saluran napas. Kemudian bisa juga mempengaruhi kerja jantung, kerusakan sel, dan karsinogen," ucap dr Erlina.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Terkini

X