Terapkan, 5 Cara Mengatasi Cemas Berlebihan karena Virus Corona

- Selasa, 17 Maret 2020 | 11:13 WIB
Ilustrasi masyarakat Indonesia pakai masker cegah penyebaran virus corona (ANTARA FOTO/Moch Asim)
Ilustrasi masyarakat Indonesia pakai masker cegah penyebaran virus corona (ANTARA FOTO/Moch Asim)

Kemunculan virus corona sejak bulan Desember 2019 lalu menggemparkan banyak orang dari berbagai belahan dunia.

Pasalnya, penyebaran virus COVID-19 yang berasal dari Wuhan, Tiongkok ini sangat cepat meluas ke penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Apalagi, virus pandemi ini telah menelan korban jiwa hingga ribuan orang secara global. Rasa takut dan cemas pun wajar dialami setiap orang.

Belum lagi, ada banyak berita dan informasi menakutkan terkait virus corona yang beredar luas di tengah masyarakat.

Tak bisa dipungkiri, cemas berlebihan ini pun akhirnya berdampak pada terganggunya aktivitas harian karena pikiran kalut.

Meskipun rasa cemas berlebihan memang wajar terjadi di situasi sulit seperti sekarang, kecemasan itu tetap harus dilawan.

Bahaya Cemas Berlebihan karena Virus Corona

-
Ilustrasi pencegahan virus corona (Covid-19) di Indonesia (ANTARA FOTO/Moch Asim)

Salah satu bahaya dari cemas berlebihan ini dapat menimbulkan efek sosial yang disebut panic buying. Ini terjadi karena individu atau kelompok merasa terancam oleh suatu keadaan darurat.

Dosen psikiatri dari Baylor College of Medicine, Nidal Moukaddam, dalam artikelnya mengatakan bahwa pandemi COVID-19 bukan saja fenomena kesehatan atau medis.

Lebih dari itu, fenomena virus corona dapat menyebabkan gangguan kesehatan jiwa atau mental bagi seseorang.

"Biasanya, cemas berlebihan seperti panic buying ini akan diikuti oleh tindakan yang berhubungan dengan kecemasan dan gangguan tidur," tulis Nidal Moukaddam.

"Jika seseorang sudah memiliki masalah mental sebelumnya, orang itu akan rentan terhadap efek panik karena virus COVID-19."

Spesifiknya, dijelaskan bahwa individu yang mengalami cemas berlebihan, suasana hatinya mudah sekali berubah-ubah hingga fobia.

-
Potret warga berbondong-bondong membeli masker dan hand sanitizer untuk mencegah virus corona (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Senada dengan itu, Psikolog Tiara Puspita mengatakan fenomena panic buying umumnya terjadi karena seseorang mengantisipasi hal terburuk yang akan terjadi.

"Misalnya kasus COVID-19, karena ini tidak pernah terjadi sebelumnya di Indonesia. Ditambah kita juga melihat di Tiongkok, kota-kota mengalami karantina sehingga membatasi pergerakan masyarakat untuk keluar rumah," kata Tiara dihubungi Indozone, Jumat (6/3/2020).

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

X