Lebih dari dua tahun, pandemi virus corona menimbulkan banyak dampak serius pada kesehatan mental, mulai dari kecemasan hingga depresi.
Dua tahun isolasi dan karena COVID-19, telah menimbulkan dampak, tidak saja dalam hal kematian dan gejala yang tersisa, tetapi juga pola pikir.
“Sebelum pandemi, sekitar 1 dari 10 orang dewasa melaporkan kecemasan dan gangguan depresi. Kini penelitian terbaru kami menunjukkan sekitar 3 dari 10 orang dewasa melaporkan gejala-gejala ini," kata Nirmita Panchal di Kaiser Family Foundation, dikutip VOA.
Orang dewasa yang bekerja dan memiliki tanggung jawab paling besar berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental selama pandemi.
Baca juga: Kapan COVID-19 akan Berakhir dan Manusia Bisa Hidup Normal? Ini Prediksi Peneliti
Meski demikian, psikolog mengatakan pandemi menimbulkan dampak pada semua orang bukan hanya pada orang dewasa.
Dilansir VOA, pakar menyarankan beberapa cara standar untuk melawan kecemasan yang terjadi selama pandemi COVID-19.
Para psikolog sendiri mengalami kesulitan yang sama dengan yang dialami orang lain.
Pakar trauma di Universitas Palo Alto, Profesor Lisa Brown mengatakan ia mencoba sebanyak mungkin berhubungan dengan teman dan orang-orang yang dicintainya.
"Inilah saatnya menjangkau orang lain . Saya punya banyak teman di kampus yang sudah lama tidak saya ajak bicara, dan mereka kemudian juga menelpon saya. Hal ini benar-benar membuat saya merasa senang dan bahagia. Saya sangat senang mereka berupaya menelpon saya. Mari kita saling bertelpon. Mari tetap berhubungan. Mari saling berkirim surat," ujarnya.
Tetapi para pakar juga mengatakan trauma ini tidak akan berakhir secara tiba-tiba, bahkan ketika pembatasan sosial terkait Covid-19 sudah dicabut. Perlu waktu bertahun-tahun untuk mengatasi dampak psikologis dari pandemi.
