Jasad Eril Utuh Meski Hanyut 14 Hari, Benarkah Pembusukan Jenazah Lebih Lambat di Air?

- Jumat, 10 Juni 2022 | 13:38 WIB
 Emmiril Khan Mumtadz (Instagram/@emmerilkahn)
Emmiril Khan Mumtadz (Instagram/@emmerilkahn)

Jasad Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril berhasil ditemukan setelah hanyut selama 14 hari di Sungai Aare, Kota Bern, Swiss.

Jasad Putra Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil itu berhasil diidentifikasi melalui tes DNA, setelah sebelumnya ditemukan di Bendungan Engehalde, pada Rabu, 8 Juni 2022.

Ridwan Kamil mengungkap, kondisi jasad Eril masih utuh dan berbau harum.

"Jasadnya utuh lengkap tidak kurang satu apapun, wajahnya rapih menengok ke kanan dan saya bersaksi, jasad Eril wangi seperti wangi daun eucalyptus. Sungguh mukjizat kecil yang sangat kami syukuri," ucapnya dalam unggahan di akun Instagram @ridwankamil.

-
Tangkapan layar unggahan Ridwan kamil (Instagram/@ridwankamil)

Dia juga memberikan beberapa kemungkinan yang menyebabkan kosnsuis tersebut terjadi pada jasad anaknya.

"Sungai Aare yang sedingin kulkas dan minim fauna, membuat jasadnya terjaga setengah membeku sehingga tetap utuh lengkap walau berada di dasar sungai selama 14 hari," sambungnya.

Sementara itu benarkah jasad atau jenazah manusia akan mengalami dekomposisi (pembusukan) yang lebih lama saat berada di dalam air?
 
Faktanya, Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Kunthi Yulianti pernah membeberkan bahwa jasad akan mengalami pembusukan yang lebih lambat saat berada di air. 

Menurut dr Kunthi berdasarkan teori, jenazah di dalam air dua kali lebih lambat pembusukannya daripada di udara.

Misalkan, jika di udara itu pembusukan itu bisa dimulai sejak 24 jam, sedangkan di air pembusukannya baru akan terjadi setelah 48 jam.

Hal ini karena dipengaruhi kadar garam yang membuat pembusukannya termodifikasi menjadi safonifikasi (penyabunan).

Baca juga: Jenazah Eril Anak Ridwan Kamil Teridentifikasi Lewat Tes DNA, Begini Tahapan & Prosedurnya
 
Selain itu menurut Ahli patologi, James L Caruso dari Denver Office of the Medical Examiner, ada beberapa hal yang turut memperlambat proses pembusukan jenazah, salah satunya suhu air.

"Dekomposisi di lingkungan basah berbeda dengan di lingkungan lain, baik dalam perubahan yang terjadi maupun kecepatan terjadinya," kata James dalam laporannya yang dipublikasikan dalam jurnal Academi Forensic Pathology yang dikutip, Jumat (10/6/2022).

James menjelaskan suhu air yang dingin akan menghambat proses pembusukan tetapi keadaan akan berbalik begitu jenazah dikeluarkan. 

"Proses dekomposisi yang biasanya terjadi akan berjalan lebih lambat di air, utamanya karena suhu yang lebih dingin dan lingkungan anaerobik. Tapi, begitu jasad dikeluarkan dari air, proses pembusukan kemungkinan akan berlangsung lebih cepat," sambungnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X