Kenali Bahaya Diseksi Aorta pada Jantung, Sering Sebabkan Kematian

- Jumat, 13 November 2020 | 20:03 WIB
Ilustrasi penyakit jantung. (Pexels/Freestocks.org)
Ilustrasi penyakit jantung. (Pexels/Freestocks.org)

Diseksi aorta merupakan kondisi robeknya lapisan dinding aorta atau dinding pembuluh darah utama jantung sehingga mengakibatkan pemisahan.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), diseksi aorta menyebabkan 9.923 kematian pada 2018 dan sekitar 58% kematian karena kondisi ini dialami oleh pria.

Diseksi aorta dilaporkan dapat terjadi pada 5-30 kasus per satu juta orang dengan rentang usia 40-70 tahun. Kondisi robeknya aorta dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) dan tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi, bila tidak segera dioperasi dalam dua hingga tiga jam, penderita akan meninggal.

"Diseksi aorta dan aneurisma aorta tidak dapat dibedakan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik, sehingga pemeriksaan penunjang seperti CT scan sangat diperlukan. Kecepatan dan ketepatan dokter spesialis jantung dalam mendiagnosis diseksi aorta menentukan keselamatan pasien," kata Dokter Spesialis Bedah Toraks dan Kardiovaskular, dr. Dicky Aligheri Wartono, Sp.BTKV(K) baru-baru ini.

Berdasarkan kondisinya, lanjut dr. Dicky, ada dua jenis aorta yang robek, yaitu tipe A dan tipe B. Kondisi tipe A dinilai lebih berbahaya dan mematikan karena bagian aorta yang robek ada pada pangkal yang menempel ke serambi jantung yang disebut sebagai aorta asendens. Penanganan kondisi tipe A ini harus dilakukan dengan operasi.

BACA JUGA: Sesak Napas Tanda Membahayakan dari Kondisi Jantung

"Sedangkan tipe B umumnya bisa diatasi dengan obat atau dengan intervensi endovaskular. Pada tipe yang lebih complicated mungkin memerlukan kombinasi berupa bedah dan endovaskular yang dapat dilakukan di OK/Cathlab Hybrid," lanjutnya.

Operasi untuk menangani diseksi aorta atau Operasi Bentall memakan waktu hingga delapan jam dan merupakan salah satu operasi tersulit di dunia. Dokter dari Heartology Cardiovascular Center, Brawijaya Hospital ini mengatakan, karena itulah butuh banyak persiapan dan keahlian tim dokter serta ketersediaan teknologi.

"Pasca operasi, tim dokter harus memerhatikan pasien dengan sangat cermat. Sebab, risiko pendarahan atau stroke akibat proses pembekuan tadi bisa muncul setelah operasi," ungkapnya.

Ia melanjutkan, ada beberapa faktor penyebab diseksi aorta. Beberapa di antaranya adalah riwayat keluarga, hipertensi, naiknya tekanan darah secara mendadak, riwayat aneurisme aorta, hingga kelainan genetik.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB

Simak Gejala Sifilis yang Penting untuk Diwaspadai!

Minggu, 21 April 2024 | 19:13 WIB
X