Perokok Berisiko Tinggi Kena TB hingga Picu Kematian

- Sabtu, 3 Desember 2022 | 18:00 WIB
Ilustrasi perokok. (FREEPIK/jcomp)
Ilustrasi perokok. (FREEPIK/jcomp)

Rokok bisa membahayakan kesehatan apalagi jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama. Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan para perokok berisiko lebih besar untuk sakit dan mengalami kematian akibat tuberkulosis (TB).

Dilansir Antara, dia menyebutkan bahwa data memperlihatkan satu dari lima pasien TB ternyata berhubungan dengan kebiasaan merokok.

Baca juga: Perokok Ini Malah Dapat 'Surat Cinta' usai Bikin Pernapasan Tetangga Kosnya Terganggu

Data Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 menunjukkan ada sekitar 34,5 persen penduduk Indonesia merokok atau mengkonsumsi tembakau dalam berbagai jenisnya.

Sekitar 70,2 juta orang dewasa di Indonesia menggunakan produk tembakau (tembakau hisap, tembakau yang dipanaskan, tembakau kunyah) saat ini.

-
Ilustrasi rokok. (FREEPIK)

Rinciannya yakni sebanyak 33,5 persen perokok 1 persen pengguna tembakau kunyah dan 3 persen pengguna rokok elektronik. Sementara menurut jenis kelamin, 65,5 persen laki-laki dan 3,3 persen perempuan Indonesia merokok.

Menurut Prof Tjandra perlu ada integrasi antara program TB dan program rokok dan salah satu bentuk nyatanya yakni setiap pasien TB harus ditanya apakah punya kebiasaan merokok.

Baca juga: Perokok Dewasa Perlu Dikenalkan Tembakau Alternatif agar Bisa Lepas dari Kecanduan

Bila pasien menyiyakan maka dia harus segera dimasukkan ke dalam program berhenti merokok di Puskesmas dan Rumah Sakit.

"Saat ini Kementerian Kesehatan dalam proses akhir penyusunan buku Pedoman Integrasi Layanan Upaya Berhenti Merokok dan Tuberkulosis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang mudah-mudah dapat segera diselesaikan dan diterapkan di lapangan," kata dia.

Tidak hanya berisiko TB, perokok juga berisiko penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Prof Tjandra juga mengatakan bahwa kabiasaan merokok berhubungan dengan kejadian stunting. Data yang dipresentasikan Deputi Kepala BKKBN pada pertemuan ketujuh Walikota/Bupati se Asia Pasifik tentang kesehatan (“7th Asia Pacific Summit of Mayors”) 2 Desember 2022 di Bali menunjukkan anak yang tinggal dengan orangtua yang tidak merokok tumbuh 1,5 kg lebih berat dan 0,34 cm lebih tinggi daripada anak dengan orangtua perokok.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X