Awas! Tak Mau Memaafkan di Hari Lebaran Bisa Sebabkan Gangguan Mental hingga Depresi

- Minggu, 1 Mei 2022 | 12:08 WIB
Ilustrasi saling memaafkan di momen Lebaran. (Freepik)
Ilustrasi saling memaafkan di momen Lebaran. (Freepik)

Pada momen Lebaran atau Idul Fitri, umat muslim di Indonesia secara umum akan saling bermaaf-maafan, baik itu kepada sesama anggota keluarga dan saudara, juga kepada tetangga, kerabat, dan teman.

Dengan memaafkan, perayaan hari raya Idul Fitri akan semakin menggembirakan karena perasaan menjadi lega.

Hasil studi terbaru dari School of Psychology and Neuroscience University of St Andrews di Skotlandia, sebagaimana dikutip oleh Antara, menunjukkan bahwa mereka yang memaafkan kesalahan diri dan orang lain lebih cenderung mampu melupakan kesalahan itu.

"Belajar untuk memaafkan orang lain dapat bermanfaat positif bagi kesehatan fisik dan mental seseorang," kata Saima Noreen, penulis utama studi seperti dilansir Medical Daily.

-
Ilustrasi saling memaafkan (Freepik/ferlistockphoto)

Oleh karenanya, memaafkan sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Orang yang tak mau memaafkan orang lain dan dirinya sendiri, berpotensi mengalami masalah kesehatan mental hingga kesehatan fisik.

Menurut sebuah penelitian di Universitas Missouri, membiarkan diri memaafkan kesalahan orang lain bisa melindungi diri dari depresi, meskipun sering kali tak mudah.

Dalam penelitian itu, para peneliti melibatkan sekitar 1000 orang dewasa berusia lebih dari 67 tahun, untuk memahami bagaimana memaafkan bisa berpengaruh pada kesehatan mental dan depresi.

Hasil penelitian menunjukkan, khususnya perempuan yang memaafkan kesalahan orang lain, cenderung berkurang risikonya mengalami depresi, terlepas apakah mereka dimaafkan orang lain ataupun tidak.

Sementara itu, pada laki-laki, berbeda halnya. Laki-laki justru dilaporkan masih mengalami depresi tinggi jika merasa tak dimaafkan orang lain, sekalipun mereka telah memaafkan orang lain.

Sebuah studi sebelumnya memperlihatkan, laki-laki dan perempuan mengatasi depresi secara berbeda. Para perempuan relatif merasa lebih lega atau bahagia saat mereka telah memaafkan dan berempati pada orang lain. Sementara laki-laki tak demikian.

"Memang tak nyaman saat kita merasa orang lain belum memaafkan kita karena suatu kesalahan. Saat kami berpikir soal karakteristik orang-orang, nampaknya orang yang pemaaf menerima fakta kalau orang lain belum memaafkan mereka," kata penulis studi, Christine Proulx dari Departemen Pembangunan Manusia dan Ilmu Keluarga, Universitas Missouri.

Menurut peneliti, semakin orang bertambah tua, mereka cenderung akan lebih memaafkan orang lain. Hal ini, khususnya bagi perempuan, bermanfaat bagi kesehatan mental mereka.

Studi sebelumnya telah menunjukkan, orang yang memaafkan orang lain lebih mungkin melupakan pengalaman-pengalaman negatif dan memberikan keleluasaan untuk fokus pada pengalaman positif.

Selain itu, memaafkan juga berdampak positif bagi kesehatan fisik seseorang. Menurut studi itu, menyimpan rasa dendam ternyata dapat menganggu kebugaran.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X